Thursday, January 26, 2006

Eyang datang

Bulan januari mungkin adalah bulan yang penuh dengan kebahagiaan. Adna baru mendapat adek keponakan dari Tante Ninuk dan Om Prio, namanya Alishya Salma Shabira. Kebetulan perempuan juga jadi Adna nanti bakalan punya teman bermain dapur-dapuran dan masak masakan deh. Sekeluarga kami menengok Alishya ke Hamburg-Harburg. Tentu saja selain acara menengok mama dan ayah bisa turut bersilaturahmi dengan teman lama. Apalagi Adna mendapat teman yang sangat mengasyikkan. Siapa lagi kalau bukan Shafiyya. Eh pulangnya ternyata banyak loh hal-hal dari Shafiyya yang ditiru Adna. Seperti Adna pengin banget jendela-jendelanya di beri gambar-gambar lucu seperti di rumah Shafiya. Dan sekarang Adna udah bisa ke toilet sendiri, katanya seperti Shafiyya. Padahal sebelumnya selalu minta ditemani mama atau ayah untuk menyalakan lampu dan membuka resleting celana. Sekarang semuanya dikerjakan sendiri oleh Adna. Paling kalau mau ke toilet hanya bilang aja ke mama, terus pergi sendiri dan mematikan lampunya lagi. Wah seneng juga, makasih yah kak Shafiyya.

Image hosting by Photobucket

Nah ternyata hari yang ditunggu-tunggu tiba. Eyang datang....! Eyang nyampai di Muenchen hari Rabu, 19 Januari. Adna tentu saja seneng. Apalagi waktu eyang ngasih oleh-oleh sepatu boot cantik yang selama ini memang menjadi idam-idaman Adna. Terus ada sepatu putih yang lucu, baju-baju. Terima kasih eyang. Dari Bude-bude di Jakarta Adna juga dapet bando dan DVD barbie. Eyang kakung juga membawa kaset lagu-lagu anak-anak dan film.

Adna tentu saja lengket sama eyang. Sampai-sampai Adna gak mau ke sekolah. Alasannya batuk, dan tentu saja untuk yang satu ini Adna beracting batuk-batuk supaya diijinkan tinggal di rumah. Adna mengeluarkan mainan-mainannya dan mengajak eyang untuk bermain. Seperti main memory atau masak-masakan. Eh iya sekarang Adna lagi gandrung berat dengan mainan schminken (merias). Wah tiap hari itu mata selalu diberi warna pink, ungu, orange terus pipinya juga dikasih yang ada kelip-kelipnya. Belum lagi bibir juga pake lipenstif. Boneka-boneka juga jadi sasaran schminkennya Adna. Bahkan kalau mama lagi duduk-duduk santai mama juga turut di schminken, wah mama jadi kayak ondel-ondel deh.

Image hosting by Photobucket

Kalau malam Adna minta diceritain buku-buku yang dibawa dari Indonesia oleh eyang. Dan Adna juga tidurnya untuk sementara dengan eyang. Untung Adna udah gak ngompol lagi, kan kasihan eyang kalau Adna ngompol. Terus yang lebih seru Adna dipotong pendek sama eyang kakung. Untuk yang satu ini Adna bangga dan cerita-cerita ke temennya di sekolah bahwa yang motong rambutnya adalah meine opa (kakek saya). Sayangnya keinginan Adna untuk maen ice skating sama eyang kakung tidak terlaksana. Eyang kakaung waktu itu lagi letih dan tentu saja masih belum nyaman dengan dinginnya udara luar yang mencapai minus 10.

Image hosting by Photobucket
Image hosting by Photobucket

Sekarang eyang lagi mengok dek Alishya ke Hamburg-Harburg. Semula Adna sedih sekali. Bahkan adna jadi gak selera makan dan penginnya tidur mulu. Untung sekarang Adna udah mau lagi ke sekolah dan tertawa-tawa lagi seperti semula. Tenang Adna, 3 minggu lagi eyang datang lagi.....

Eyang datang

Bulan januari mungkin adalah bulan yang penuh dengan kebahagiaan. Adna baru mendapat adek keponakan dari Tante Ninuk dan Om Prio, namanya Alishya Salma Shabira. Kebetulan perempuan juga jadi Adna nanti bakalan punya teman bermain dapur-dapuran dan masak masakan deh. Sekeluarga kami menengok Alishya ke Hamburg-Harburg. Tentu saja selain acara menengok mama dan ayah bisa turut bersilaturahmi dengan teman lama. Apalagi Adna mendapat teman yang sangat mengasyikkan. Siapa lagi kalau bukan Shafiyya. Eh pulangnya ternyata banyak loh hal-hal dari Shafiyya yang ditiru Adna. Seperti Adna pengin banget jendela-jendelanya di beri gambar-gambar lucu seperti di rumah Shafiya. Dan sekarang Adna udah bisa ke toilet sendiri, katanya seperti Shafiyya. Padahal sebelumnya selalu minta ditemani mama atau ayah untuk menyalakan lampu dan membuka resleting celana. Sekarang semuanya dikerjakan sendiri oleh Adna. Paling kalau mau ke toilet hanya bilang aja ke mama, terus pergi sendiri dan mematikan lampunya lagi. Wah seneng juga, makasih yah kak Shafiyya.

Image hosting by Photobucket

Nah ternyata hari yang ditunggu-tunggu tiba. Eyang datang....! Eyang nyampai di Muenchen hari Rabu, 19 Januari. Adna tentu saja seneng. Apalagi waktu eyang ngasih oleh-oleh sepatu boot cantik yang selama ini memang menjadi idam-idaman Adna. Terus ada sepatu putih yang lucu, baju-baju. Terima kasih eyang. Dari Bude-bude di Jakarta Adna juga dapet bando dan DVD barbie. Eyang kakung juga membawa kaset lagu-lagu anak-anak dan film.

Adna tentu saja lengket sama eyang. Sampai-sampai Adna gak mau ke sekolah. Alasannya batuk, dan tentu saja untuk yang satu ini Adna beracting batuk-batuk supaya diijinkan tinggal di rumah. Adna mengeluarkan mainan-mainannya dan mengajak eyang untuk bermain. Seperti main memory atau masak-masakan. Eh iya sekarang Adna lagi gandrung berat dengan mainan schminken (merias). Wah tiap hari itu mata selalu diberi warna pink, ungu, orange terus pipinya juga dikasih yang ada kelip-kelipnya. Belum lagi bibir juga pake lipenstif. Boneka-boneka juga jadi sasaran schminkennya Adna. Bahkan kalau mama lagi duduk-duduk santai mama juga turut di schminken, wah mama jadi kayak ondel-ondel deh.

Image hosting by Photobucket

Kalau malam Adna minta diceritain buku-buku yang dibawa dari Indonesia oleh eyang. Dan Adna juga tidurnya untuk sementara dengan eyang. Untung Adna udah gak ngompol lagi, kan kasihan eyang kalau Adna ngompol. Terus yang lebih seru Adna dipotong pendek sama eyang kakung. Untuk yang satu ini Adna bangga dan cerita-cerita ke temennya di sekolah bahwa yang motong rambutnya adalah meine opa (kakek saya). Sayangnya keinginan Adna untuk maen ice skating sama eyang kakung tidak terlaksana. Eyang kakaung waktu itu lagi letih dan tentu saja masih belum nyaman dengan dinginnya udara luar yang mencapai minus 10.

Image hosting by Photobucket
Image hosting by Photobucket

Sekarang eyang lagi mengok dek Alishya ke Hamburg-Harburg. Semula Adna sedih sekali. Bahkan adna jadi gak selera makan dan penginnya tidur mulu. Untung sekarang Adna udah mau lagi ke sekolah dan tertawa-tawa lagi seperti semula. Tenang Adna, 3 minggu lagi eyang datang lagi.....

Monday, January 02, 2006

Sepeda dan buku notes kecil

Kami memang tidak ingat lagi berapa lama sudah si kaleng kencleng tabungan Adna mulai berisi. Kadangkala kami underestimate dengan nilai di dalamnya karena yang kami masukkan pun sebagian besar uang logam kuning atau merah artinya hanya cent demi cent saja. Kalau pun ada uang euro logam itu pun tidak terlampau sering. Sehingga membuat kami tak ada yang semangat untuk cepat-cepat membukanya. Sampai suatu ketika kencleng itu sudah sangat penuh untuk dijejali lagi uang logam barulah dibuka.

Menghitung begitu banyak uang receh untung saja tidak sesulit yang dibayangkan. Kita bisa pergi ke Bank dan disana sudah tersedia mesin penghitung uang receh. Mesin yang bentuknya seperti ayakan itu mulai bergetar saat dinyalakan dan uang-uang logam itu pun berjatuhan. Ayah menduga-duga mungkin dengan sensor optis sehingga uang-uang itu bisa dideteksi dan dihitung. Karena ada juga koin mata uang lain yang berjatuhan namun tidak dihitung dan keluar lagi.

Lumayan juga tabungan si Adna sekitar 80 euro lebih. Tadinya kami simpan saja di tabungan Adna di Bank. Namun melihat Adna yang kepengen berat punya sepeda, akhirnya setelah dipikir-pikir agaknya tidak salah jika uang tabungan itu dibelikan sepeda. Beberapa kali saat musim flohmarkt tiba mama berusaha mencari-cari sepeda second yang masih layak pake. Namun rata-rata sepeda itu masih terlampau besar buat Adna. Sampai hari Sabtu kemarin, mata Adna tertumbuk pada sepeda super mungil yang cantik sekali. Oalah centil banget sepeda itu. Pink berbunga-bunga dan ada tulisan Barbie. Tentu saja Adna girang bukan main dan minta dibelikan. Ya sudah akhirnya mama dan ayah belikan dan tentu saja mama bilang bahwa uang untuk beli sepeda ini hasil dari tabungan Adna. Dan Adna harus nabung lagi, Adna mengangguk tanda setuju.

Jadilah sepeda itu menjadi penghuni baru di rumah kami. Karena musim salju keadaan jalan juga tidak nyaman untuk dipakai mainan sepeda-sepedaan. Apalagi Adna ternyata merasa risih banget kalau ada salju yang masih nempel di celananya. Katanya, "Ih....iggiiitt...mama,".Maklum kadang salju di jalan sudah bercampur dengan kerikil kerikil kecil yang ditaburkan orang untuk menghindari licin kadang kala karena sering dilalui sepatu salju-salju itu berubah warna yang tadinya putih seputih putihnya menjadi kecoklatan. Akhirnya Adna menurut kala mama bilang sebaiknya sepedanya jangan dipake keluar sampai musim dingin berakhir. Adna tentu saja senang banget bisa bersepedaan di dalam rumah. Untung saja rumah kami tak terlampau banyak barang sehingga si Adna bisa berkeliling.

Image hosted by Photobucket.com

Oiya, Adna juga sekarang punya buku notes juga loh. Pink pula, memang itu warna favorit Adna disamping 'hell blau' (biru muda). Itu pun setelah Adna melihat mbak Arin, anak seorang teman yang sudah berumur 7 tahun sering membawa-bawa buku diari dan menulis. Okelah Adna memang lagi seneng nulis, meski masih nulis itu-itu saja seperti nulis ADNA, AYAH, MAMA, MASHA, atau nama panjangnya yang disambung menjadi ADNAFATHANI. Tentu saja mama dan ayah yang harus mengejanya dan Adna yang menulis.

Sepeda dan buku notes kecil

Kami memang tidak ingat lagi berapa lama sudah si kaleng kencleng tabungan Adna mulai berisi. Kadangkala kami underestimate dengan nilai di dalamnya karena yang kami masukkan pun sebagian besar uang logam kuning atau merah artinya hanya cent demi cent saja. Kalau pun ada uang euro logam itu pun tidak terlampau sering. Sehingga membuat kami tak ada yang semangat untuk cepat-cepat membukanya. Sampai suatu ketika kencleng itu sudah sangat penuh untuk dijejali lagi uang logam barulah dibuka.

Menghitung begitu banyak uang receh untung saja tidak sesulit yang dibayangkan. Kita bisa pergi ke Bank dan disana sudah tersedia mesin penghitung uang receh. Mesin yang bentuknya seperti ayakan itu mulai bergetar saat dinyalakan dan uang-uang logam itu pun berjatuhan. Ayah menduga-duga mungkin dengan sensor optis sehingga uang-uang itu bisa dideteksi dan dihitung. Karena ada juga koin mata uang lain yang berjatuhan namun tidak dihitung dan keluar lagi.

Lumayan juga tabungan si Adna sekitar 80 euro lebih. Tadinya kami simpan saja di tabungan Adna di Bank. Namun melihat Adna yang kepengen berat punya sepeda, akhirnya setelah dipikir-pikir agaknya tidak salah jika uang tabungan itu dibelikan sepeda. Beberapa kali saat musim flohmarkt tiba mama berusaha mencari-cari sepeda second yang masih layak pake. Namun rata-rata sepeda itu masih terlampau besar buat Adna. Sampai hari Sabtu kemarin, mata Adna tertumbuk pada sepeda super mungil yang cantik sekali. Oalah centil banget sepeda itu. Pink berbunga-bunga dan ada tulisan Barbie. Tentu saja Adna girang bukan main dan minta dibelikan. Ya sudah akhirnya mama dan ayah belikan dan tentu saja mama bilang bahwa uang untuk beli sepeda ini hasil dari tabungan Adna. Dan Adna harus nabung lagi, Adna mengangguk tanda setuju.

Jadilah sepeda itu menjadi penghuni baru di rumah kami. Karena musim salju keadaan jalan juga tidak nyaman untuk dipakai mainan sepeda-sepedaan. Apalagi Adna ternyata merasa risih banget kalau ada salju yang masih nempel di celananya. Katanya, "Ih....iggiiitt...mama,".Maklum kadang salju di jalan sudah bercampur dengan kerikil kerikil kecil yang ditaburkan orang untuk menghindari licin kadang kala karena sering dilalui sepatu salju-salju itu berubah warna yang tadinya putih seputih putihnya menjadi kecoklatan. Akhirnya Adna menurut kala mama bilang sebaiknya sepedanya jangan dipake keluar sampai musim dingin berakhir. Adna tentu saja senang banget bisa bersepedaan di dalam rumah. Untung saja rumah kami tak terlampau banyak barang sehingga si Adna bisa berkeliling.

Image hosted by Photobucket.com

Oiya, Adna juga sekarang punya buku notes juga loh. Pink pula, memang itu warna favorit Adna disamping 'hell blau' (biru muda). Itu pun setelah Adna melihat mbak Arin, anak seorang teman yang sudah berumur 7 tahun sering membawa-bawa buku diari dan menulis. Okelah Adna memang lagi seneng nulis, meski masih nulis itu-itu saja seperti nulis ADNA, AYAH, MAMA, MASHA, atau nama panjangnya yang disambung menjadi ADNAFATHANI. Tentu saja mama dan ayah yang harus mengejanya dan Adna yang menulis.