Sunday, July 09, 2006

Di penghujung World Cup

Waktu sebulan rasanya begitu cepat. Setelah satu persatu kesebelasan berguguran termasuk kesebelasan Jerman (Hiks..!), akhirnya masuk ke ajang final adalah Itali dan Prancis. Kekalahan dramatis Jerman oleh Itali agaknya sudah dikhawatirkan sejak awal. Beerapa jam menjelang pertandingan Itali-Jerman kemaren suasana tampak lengang. Tampaknya orang-orang sudah bersiap-siap di depan tivi masing-masing. Tentu saja orang-orang bule suka sekali ngemil sambil nonton. Tak heran di supermarket-supermarket tersedia satu set cemilan yang terdiri dari kentang chips, popocorn, kue asin batang, dan aneka snack lainnya yang dibungkus dalam plastik besar. Belum lagi aneka set coklat. Pantesan jika ada orang bule kerajinan nonton biasanya badannya jadi subur-subur alias gemuk. Kita sekeluarga di rumah juga nonton bersama. Sepulang ayah dari kantor kita sudah sama-sama nongkrong di depan TV meski tanpa cemilan tapi kita tetap menikmati.

Sayangnya pas pertandingan itu Adna sedang sakit. Adna badannya panas dan pusing-pusing sejak dua hari yang lalu. Sakitnya Adna disebabkan karena vaksin MMR yang diberikan dokter 2 minggu lalu. Memang Ibu dokter sudah memperingatkan kalau nanti anak bakalan sakit. Dan untuk meringankan sakitnya diberikan paracetamol. Namun panasnya memang bandel, jadi begitu 6 jam setelah pemberian Paracetamol suhu badan Adna kembali naik ke kisaran 39°C. Telapak tangan, kaki, dan bagian muka sedikit juga keluar merah-merah dan terasa gatal. Semula Mama khawatir dengan virus rubella yang sedang dilawan Adna di tubuhnya, takutnya si kuman ini iseng tamasya ke luar tubuh Adna dan bersarang di badan Mama. Wah, ini kan bisa bahaya bagi si calon 'dedek'.

Mama segera mencari tahu riwayat kesehatan Mama di buku 'catatan ibu' (Mutterpass). Dari hasil pemeriksaan HAH-Röteln-Test dulu diketahui titer mama : 1:16 jadi Insya Allah di tubuh mama sudah ada antibodi (pernah terinfeksi di masa lampau) yang cukup melawan virus rubella yang masuk. Dan katanya aman juga jika harus berdekatan dengan anak yang sedang sakit Campak Jerman.
Kembali ke topik Jerman-Itali, akhirnya memang di detik-detik terakhir perpanjangan waktu Ballack cs harus menyerahkan kemenangan pada Itali. Sedih tentu saja, karena publik maupun pemain Jerman sendiri sudah bermimpi memboyong Piala Dunia 2006. Setelah itu satu hari memang menjadi hari bersedih. Bahkan Jürgen Klinsmann di konferensi Pers tanpak matanya sedikit berkaca-kaca. Duh, gimana ya rasanya....?


Sommerfest Bola di Kindergarten

Photobucket - Video and Image Hosting

Demam bola terasa juga gaungnya di TK-nya Adna. Meski hari itu diwarnai dengan mendung bahkan pagi sampai siang hujan deras, Sommerfest atau pesta musim panas tetap diadakan. Stand-stand makanan dan permainan sudah dipersiapkan sejak pagi. Dekorasi bola maupun bendera-bendera negara juga berkibar-kibar. Sommerfest dibuka dengan dikumandangkannya lagu kebangsaan Jerman yang diiringi dengan berjalannya anak-anak sambil mengibarkan bendera-bendera. Bendera itu adalah hasil prakarya mereka sendiri.

Terus dilanjutkan dengan permainan tarian oleh anak-anak yang besar. Dan setelahnya pemberian penghargaan pada para orangtua yang sudah berpartisipasi jadi panitya sommerfest maupun acara-acara lain. Dan dimulailah sommerfest dengan segala permainan. Tentu saja permainannya bertema bola. Dari mulai main penalti-penaltian, bermain bola dengan cara menghembuskan bola kecil ke gawang lawan masing-masing, menendang bola ke gawang tertutup dan hanya ada dua lubang, kuiz bola, lottere, menggambar bendera di wajah, dll. Tapi tak satu pun yang menarik perhatian Adna. Dia malah asyik main di taman dengan anak-anak lain. Eh, ternyata ayah datang juga. Terimakasih Ayah. PAdahal sebetulnya ayah gak dateng juga gak apa-apa karena toh acaranya cuma begitu. Jadi si ayah bela-belain mengurangi jam kerjanya untuk datang. Tapi yah di lain waktu harus dibayar lagi utang waktunya itu.


Nonton pertandingan terakhir Jerman-Portugal

Kemarin setelah dikompori temen untuk lihat-lihat diskonan barang-barang World Cup di sebuah mall, kami pergi semua ke sana. Memang sudah ada beberapa barang yang diobral misalnya T-Shirt-T-Shirt. Tapi T-Shirtnya kurang menarik. Sedangkan untuk baju keebelasan bola (Trikot) ada yang didiskon hingga 50% tapi kebetulan diantara trikot-trikot itu gak ada yang memenuhi selera. Ayah ingin kaos Prancis, tentu saja itu belum di diskon. Baju trikot anak-anak juga tinggal yang Brasil dengan warna kaos kuning dan celana pendek biru, wah kayaknya gak cocok tuh dipake di Adna.

Boneka-boneka Goleo juga seperti biasa sudah di diskon 50%, Mama kan sudah beli yang ukuran menengah di suermarket lain dengan harga yang sama. Adna sendiri gak gitu suka boneka Goleo, jadi ini mah memang Mama yang suka. Paling enggak kan buat kenang-kenangan.

Berhubung jarak Mal itu dengan Olympiapark tempat Fan Fest gak jauh maka kita akhirnya memutuskan untuk pergi ke sana. Paling tidak itung-itung merasakan atmospher bola yang terakhir. Yang kayaknya untuk selanjutnya kemungkinan nihil deh menyaksikan atmospher kayak begini. Udah World Cup 4 tahun sekali, dan kayaknya digelar lagi di Jerman entah tahun berapa lagi (entah kita masih tinggal di sini lagi apa enggak), atau mengharap diadain di Indonesia (mimpi kali ye).

Photobucket - Video and Image Hosting


Wah sayangnya nyampe di Fan Fest hanya berselang satu jam sebelum pertandingan. Dan tumbennya masih bisa masuk. Kayaknya orang-orang banyak yang udah gak semangat menyaksikan pertandingan yang istilahnya sebetulnya cuma 'hiburan'. Meski kami bisa masuk tapi gak menjamin dapat tempat yang nyaman. AKhirnya kita dapat tempat di dataran tinggi tapi pemandangan ke screen lebarnya itu dari samping dan kehalangan ranting-ranting pohon. Meski untungnya masih ada sebagian besar layar yang masih bisa kita lihat. Memang screennya canggih, gambarnya jernih banget. Ini jauh berbeda pas kita bandingin dengan TV plasma lain yang terpampang di bagian lain Olympiapark, wah memang Philips oke punya.

Orang-orang rata-rata membawa bir yang diwadahi di gelas plastik. Dari yang ukurannya 300 ml sampai yang satu liter. Itu gelasnya kayak ceret plastik wadah sirup di Indonesia yang biasanya untuk minum rame-rame. Yah lumayan kita bisa menikmati hiburan gratis, jadi nostalgia saat-saat di Indonesia nonton layar tancap. ADna tentu saja gak tertarik nonton ke screen, dia asyik bermain bersama NAqisha. Untung tadi sempat beli alas duduk di Mal, jadi Adna dan Naqisha bisa tidur-tiduran pake alas.

Photobucket - Video and Image Hosting

Baru 20 menit pertandingan dimulai, NAqisha udah ngantuk. Akhirnya kita semua merencanakan pulang saja dan dilanjutkan nonton di rumah. Namun ternyata perjalanan dari Olympiapark ke rumah agak lama juga, mana mesti ngambil barang-barang belanjaan di rumah NAqisha dulu. AKhirnya sampai di rumah pertandingan sudah tinggal 5 menit lagi. Dan untungnya sudah 3-1 untuk Jerman. Yah sudahlah....Eh ternyata si Adna kulitnya gatel-gatel lagi. Ya ampun apa karena duduk di atas rumput ya? padahal bukannya udah pake alas? Jadinya si adna rewel dan dikasih dispensasi tidur di kamar kita deh.

Eh iya, nanti malam adalah pertandingan final. Setelah itu sudah tidak ada pertandingan lagi. Temen-temen sesama ibu rupanya diam-diam merasa kehilangan momen ini. Banyak diantara mereka yang bilang bahwa hari-hari tanpa pertandingan bola kayaknya menjadi sepi. Iya waktu jeda antara pertandingan semifinal kan rasanya memang sepi karena gak ada yang ditunggu-tunggu.

Yah sudah, kita tunggu saja 4 tahun lagi. Moga masih diberi umur panjang.

Di penghujung World Cup

Waktu sebulan rasanya begitu cepat. Setelah satu persatu kesebelasan berguguran termasuk kesebelasan Jerman (Hiks..!), akhirnya masuk ke ajang final adalah Itali dan Prancis. Kekalahan dramatis Jerman oleh Itali agaknya sudah dikhawatirkan sejak awal. Beerapa jam menjelang pertandingan Itali-Jerman kemaren suasana tampak lengang. Tampaknya orang-orang sudah bersiap-siap di depan tivi masing-masing. Tentu saja orang-orang bule suka sekali ngemil sambil nonton. Tak heran di supermarket-supermarket tersedia satu set cemilan yang terdiri dari kentang chips, popocorn, kue asin batang, dan aneka snack lainnya yang dibungkus dalam plastik besar. Belum lagi aneka set coklat. Pantesan jika ada orang bule kerajinan nonton biasanya badannya jadi subur-subur alias gemuk. Kita sekeluarga di rumah juga nonton bersama. Sepulang ayah dari kantor kita sudah sama-sama nongkrong di depan TV meski tanpa cemilan tapi kita tetap menikmati.

Sayangnya pas pertandingan itu Adna sedang sakit. Adna badannya panas dan pusing-pusing sejak dua hari yang lalu. Sakitnya Adna disebabkan karena vaksin MMR yang diberikan dokter 2 minggu lalu. Memang Ibu dokter sudah memperingatkan kalau nanti anak bakalan sakit. Dan untuk meringankan sakitnya diberikan paracetamol. Namun panasnya memang bandel, jadi begitu 6 jam setelah pemberian Paracetamol suhu badan Adna kembali naik ke kisaran 39°C. Telapak tangan, kaki, dan bagian muka sedikit juga keluar merah-merah dan terasa gatal. Semula Mama khawatir dengan virus rubella yang sedang dilawan Adna di tubuhnya, takutnya si kuman ini iseng tamasya ke luar tubuh Adna dan bersarang di badan Mama. Wah, ini kan bisa bahaya bagi si calon 'dedek'.

Mama segera mencari tahu riwayat kesehatan Mama di buku 'catatan ibu' (Mutterpass). Dari hasil pemeriksaan HAH-Röteln-Test dulu diketahui titer mama : 1:16 jadi Insya Allah di tubuh mama sudah ada antibodi (pernah terinfeksi di masa lampau) yang cukup melawan virus rubella yang masuk. Dan katanya aman juga jika harus berdekatan dengan anak yang sedang sakit Campak Jerman.
Kembali ke topik Jerman-Itali, akhirnya memang di detik-detik terakhir perpanjangan waktu Ballack cs harus menyerahkan kemenangan pada Itali. Sedih tentu saja, karena publik maupun pemain Jerman sendiri sudah bermimpi memboyong Piala Dunia 2006. Setelah itu satu hari memang menjadi hari bersedih. Bahkan Jürgen Klinsmann di konferensi Pers tanpak matanya sedikit berkaca-kaca. Duh, gimana ya rasanya....?


Sommerfest Bola di Kindergarten

Photobucket - Video and Image Hosting

Demam bola terasa juga gaungnya di TK-nya Adna. Meski hari itu diwarnai dengan mendung bahkan pagi sampai siang hujan deras, Sommerfest atau pesta musim panas tetap diadakan. Stand-stand makanan dan permainan sudah dipersiapkan sejak pagi. Dekorasi bola maupun bendera-bendera negara juga berkibar-kibar. Sommerfest dibuka dengan dikumandangkannya lagu kebangsaan Jerman yang diiringi dengan berjalannya anak-anak sambil mengibarkan bendera-bendera. Bendera itu adalah hasil prakarya mereka sendiri.

Terus dilanjutkan dengan permainan tarian oleh anak-anak yang besar. Dan setelahnya pemberian penghargaan pada para orangtua yang sudah berpartisipasi jadi panitya sommerfest maupun acara-acara lain. Dan dimulailah sommerfest dengan segala permainan. Tentu saja permainannya bertema bola. Dari mulai main penalti-penaltian, bermain bola dengan cara menghembuskan bola kecil ke gawang lawan masing-masing, menendang bola ke gawang tertutup dan hanya ada dua lubang, kuiz bola, lottere, menggambar bendera di wajah, dll. Tapi tak satu pun yang menarik perhatian Adna. Dia malah asyik main di taman dengan anak-anak lain. Eh, ternyata ayah datang juga. Terimakasih Ayah. PAdahal sebetulnya ayah gak dateng juga gak apa-apa karena toh acaranya cuma begitu. Jadi si ayah bela-belain mengurangi jam kerjanya untuk datang. Tapi yah di lain waktu harus dibayar lagi utang waktunya itu.


Nonton pertandingan terakhir Jerman-Portugal

Kemarin setelah dikompori temen untuk lihat-lihat diskonan barang-barang World Cup di sebuah mall, kami pergi semua ke sana. Memang sudah ada beberapa barang yang diobral misalnya T-Shirt-T-Shirt. Tapi T-Shirtnya kurang menarik. Sedangkan untuk baju keebelasan bola (Trikot) ada yang didiskon hingga 50% tapi kebetulan diantara trikot-trikot itu gak ada yang memenuhi selera. Ayah ingin kaos Prancis, tentu saja itu belum di diskon. Baju trikot anak-anak juga tinggal yang Brasil dengan warna kaos kuning dan celana pendek biru, wah kayaknya gak cocok tuh dipake di Adna.

Boneka-boneka Goleo juga seperti biasa sudah di diskon 50%, Mama kan sudah beli yang ukuran menengah di suermarket lain dengan harga yang sama. Adna sendiri gak gitu suka boneka Goleo, jadi ini mah memang Mama yang suka. Paling enggak kan buat kenang-kenangan.

Berhubung jarak Mal itu dengan Olympiapark tempat Fan Fest gak jauh maka kita akhirnya memutuskan untuk pergi ke sana. Paling tidak itung-itung merasakan atmospher bola yang terakhir. Yang kayaknya untuk selanjutnya kemungkinan nihil deh menyaksikan atmospher kayak begini. Udah World Cup 4 tahun sekali, dan kayaknya digelar lagi di Jerman entah tahun berapa lagi (entah kita masih tinggal di sini lagi apa enggak), atau mengharap diadain di Indonesia (mimpi kali ye).

Photobucket - Video and Image Hosting


Wah sayangnya nyampe di Fan Fest hanya berselang satu jam sebelum pertandingan. Dan tumbennya masih bisa masuk. Kayaknya orang-orang banyak yang udah gak semangat menyaksikan pertandingan yang istilahnya sebetulnya cuma 'hiburan'. Meski kami bisa masuk tapi gak menjamin dapat tempat yang nyaman. AKhirnya kita dapat tempat di dataran tinggi tapi pemandangan ke screen lebarnya itu dari samping dan kehalangan ranting-ranting pohon. Meski untungnya masih ada sebagian besar layar yang masih bisa kita lihat. Memang screennya canggih, gambarnya jernih banget. Ini jauh berbeda pas kita bandingin dengan TV plasma lain yang terpampang di bagian lain Olympiapark, wah memang Philips oke punya.

Orang-orang rata-rata membawa bir yang diwadahi di gelas plastik. Dari yang ukurannya 300 ml sampai yang satu liter. Itu gelasnya kayak ceret plastik wadah sirup di Indonesia yang biasanya untuk minum rame-rame. Yah lumayan kita bisa menikmati hiburan gratis, jadi nostalgia saat-saat di Indonesia nonton layar tancap. ADna tentu saja gak tertarik nonton ke screen, dia asyik bermain bersama NAqisha. Untung tadi sempat beli alas duduk di Mal, jadi Adna dan Naqisha bisa tidur-tiduran pake alas.

Photobucket - Video and Image Hosting

Baru 20 menit pertandingan dimulai, NAqisha udah ngantuk. Akhirnya kita semua merencanakan pulang saja dan dilanjutkan nonton di rumah. Namun ternyata perjalanan dari Olympiapark ke rumah agak lama juga, mana mesti ngambil barang-barang belanjaan di rumah NAqisha dulu. AKhirnya sampai di rumah pertandingan sudah tinggal 5 menit lagi. Dan untungnya sudah 3-1 untuk Jerman. Yah sudahlah....Eh ternyata si Adna kulitnya gatel-gatel lagi. Ya ampun apa karena duduk di atas rumput ya? padahal bukannya udah pake alas? Jadinya si adna rewel dan dikasih dispensasi tidur di kamar kita deh.

Eh iya, nanti malam adalah pertandingan final. Setelah itu sudah tidak ada pertandingan lagi. Temen-temen sesama ibu rupanya diam-diam merasa kehilangan momen ini. Banyak diantara mereka yang bilang bahwa hari-hari tanpa pertandingan bola kayaknya menjadi sepi. Iya waktu jeda antara pertandingan semifinal kan rasanya memang sepi karena gak ada yang ditunggu-tunggu.

Yah sudah, kita tunggu saja 4 tahun lagi. Moga masih diberi umur panjang.

Tuesday, July 04, 2006

Jelang pertandingan semifinal Jerman-Italy

Suasana Piala Dunia tahun ini memang makin panas. Sesuai betul dengan cuacanya. Padahal biasanya musim panas sebelum-sebelumnya selalu dihiasi hujan petir di bulan Juni. Sepertinya Allah benar-benar memberikan karunia tak hingga sehingga pas ajang PD ini entah kenapa jarang hujan. Kalau pun hujan kebetulan pas gak lagi waktu bertanding. Ada juga sih kesebelasan yang sedang sial ketika bertanding harus rela berlarian di bawah siraman hujan. Tapi kebanyakan hujan baru datang ketika malam sekali sampai pagi. Siang dan sore kembali ceria. Moga-moga memang berkah.

Setelah gagal masuk di Fan Park saat pembukaan PD sebetulnya masih banyak kesempatan untuk nongkrong di sana saat pertandingan lainnya. Tapi yah itu susah juga ngatur jadwalnya. Karena kalau sore-sore berarti harus bawa-bawa Adna. Dan Mama takutnya Adna bosen duduk berjam-jam di sana. Terkadang pas waktunya bagus yaitu weekend, ada aja acara lain. Biasanya pengajian bulanan atau kebetulan emang lagi gak enak badan. Ya udah akhirnya harus puas nonton di TV. Lumayan kalau sedang pertandingan di stasiun ZDF si komentatornya, Jürgen Klopp, selain good looking orangnya asyik banget. Kayaknya dia gak seperti komentator-komentator lain yang kaku dia mah banyak senyum, gayanya santai, tapi tetap cerdas.

Masuk ke Fan Fest

Sangking penasarannya pengen duduk di deket layar lebar Fan Fest, pas hari pertandingan Argentina lawan Jerman, Mama pergi sendiri pagi-pagi ke sana. Setelah mengantar Adna ke TK, sambil membawa handycam mama naik kereta bawah tanah ke Olympia Park. Waktu itu baru jam 11.30 siang dan pertandingan baru akan dimulai jam 17.00, tapi aliran fans udah mulai berdatangan. Meski belum banyak banget dan Mama bisa melenggang bebas ke arah layar lebar. Tapi sebelumnya sudah ada pasukan keamanan di depan gerbang Fan Fest. Tas mama di periksa dan untung boleh masuk tanpa harus membuang ini itu.


Photobucket - Video and Image Hosting

Fan Fest memang enak sekali. Tamannya yang hijau dan dilatarbelakangi kolam, membuat pemandangan nyaman. Tapi ya ampun panas banget. Kalau dari sekarang udah nongkrong di sana, terus mesti ngapain yah untuk nunggu sampai jam 17.00. Apa mustinya kalau mau nonton di Fan Fest mesti bawa selimut, bantal, dan kalau boleh sih tenda...kompor kecil hehehheh biar bisa masak indomie telor gitu maksudnya ...hahhahah duasar...!

Seetelah menikmati pemandangan selama kurang lebih 20 menitan, mama keluar lagi untuk menjemput Adna. Acara menonton pertandingan Argentina lawan Jermannya dilanjutkan aja di rumah. Wah memang benar-benar pertandingan seru. Kayaknya pemain-pemain Jerman udah kelihatan betul-betul babak belur kelelahan. Tapi anehnya kalau Klose kok tampangnya masih tetep cool ya. Kasihan juga ngelihat mereka diserang mulu sama pemain Argentina yang meski postur tubuhnya kecil tapi keker dan herannya lincah kayak bola bekel. Dan untung saja pertandingan dimenangkan oleh Jerman by lucky........Wah begitu pertandingan selesai jalan-jalan di deket rumah udah diramaikan dengan bunyi klakson. Maklum di sini orang kan gak boleh sembarangan mempermainkan klakson, jadi agaknya hal-hal kayak gini merupakan kesempatan emas tuh untuk sepuas-puasnya membunyikan klakson.

Nonton di Kafe

Besoknya setelah acara Jogja day (kegiatan amal untuk membantu korban gempa di Jogja)di gedung Eine Welt Haus, mama meluangkan waktu untuk menonton pertandingan Inggris lawan Portugal di kafe di gedung yang sama. Kebetulan banyak juga temen-temen Indonesia yang nonton di sana. Jadi Adna bisa maen-maen sama anak-anak lain sementara Mama dan Ayah nonton bola. Lumayan juga dengan hanya beli minuman jus Apel bersoda seharga 2,5 euro kita bisa nonton di TV plasma besar. Mana minumannya 1/2 liter jadi sampai pertandingan selesai juga gak abis-abis perasaan. Lucunya di kafe itu ada dua orang Portugis. Pantesan mereka rame banget teriak-teriak. Waduh lucu juga, apalagi pas drama penalti berlangsung.... wah makin seru. Dan lebih menggelikan lagi kok ya pas kebetulan Portugal yang menang. Udah deh si orang itu makin heboh. Orang-orang di sekitarnya hanya senyum-senyum saja.

Atmosphere Piala Dunia di rumah

Photobucket - Video and Image Hosting

Mama yang mendukung Jerman memasang spanduk Jerman yang dipasang di balkon. Adna tak ketinggalan dia asyik membuat bendera-bendera negara-negara peserta PD. Meski gak semua Adna gambar. Maklum ada beberapa bendera yang sulit misal karena ada gambarnya seperti bendera Brasil atau Saudi Arabia. Untuk itu Adna membuat gambar di kertas HVS yang dibagi dua terus diwarnai dengan cat air. Bendera-bendera yang banyak itu di lekatkan di tali dan digantung di langit-langit rumah.

Photobucket - Video and Image Hosting

Photobucket - Video and Image Hosting
Bagaimana hasil pertandingan selanjutnya, sore ini menjadi sore yang menegangkan. Apakah Jerman berhasil lolos ke ajang Final apalagi berhasil merebut gelar juara dunia? hmm....deg...deg..an deh.

Jelang pertandingan semifinal Jerman-Italy

Suasana Piala Dunia tahun ini memang makin panas. Sesuai betul dengan cuacanya. Padahal biasanya musim panas sebelum-sebelumnya selalu dihiasi hujan petir di bulan Juni. Sepertinya Allah benar-benar memberikan karunia tak hingga sehingga pas ajang PD ini entah kenapa jarang hujan. Kalau pun hujan kebetulan pas gak lagi waktu bertanding. Ada juga sih kesebelasan yang sedang sial ketika bertanding harus rela berlarian di bawah siraman hujan. Tapi kebanyakan hujan baru datang ketika malam sekali sampai pagi. Siang dan sore kembali ceria. Moga-moga memang berkah.

Setelah gagal masuk di Fan Park saat pembukaan PD sebetulnya masih banyak kesempatan untuk nongkrong di sana saat pertandingan lainnya. Tapi yah itu susah juga ngatur jadwalnya. Karena kalau sore-sore berarti harus bawa-bawa Adna. Dan Mama takutnya Adna bosen duduk berjam-jam di sana. Terkadang pas waktunya bagus yaitu weekend, ada aja acara lain. Biasanya pengajian bulanan atau kebetulan emang lagi gak enak badan. Ya udah akhirnya harus puas nonton di TV. Lumayan kalau sedang pertandingan di stasiun ZDF si komentatornya, Jürgen Klopp, selain good looking orangnya asyik banget. Kayaknya dia gak seperti komentator-komentator lain yang kaku dia mah banyak senyum, gayanya santai, tapi tetap cerdas.

Masuk ke Fan Fest

Sangking penasarannya pengen duduk di deket layar lebar Fan Fest, pas hari pertandingan Argentina lawan Jerman, Mama pergi sendiri pagi-pagi ke sana. Setelah mengantar Adna ke TK, sambil membawa handycam mama naik kereta bawah tanah ke Olympia Park. Waktu itu baru jam 11.30 siang dan pertandingan baru akan dimulai jam 17.00, tapi aliran fans udah mulai berdatangan. Meski belum banyak banget dan Mama bisa melenggang bebas ke arah layar lebar. Tapi sebelumnya sudah ada pasukan keamanan di depan gerbang Fan Fest. Tas mama di periksa dan untung boleh masuk tanpa harus membuang ini itu.


Photobucket - Video and Image Hosting

Fan Fest memang enak sekali. Tamannya yang hijau dan dilatarbelakangi kolam, membuat pemandangan nyaman. Tapi ya ampun panas banget. Kalau dari sekarang udah nongkrong di sana, terus mesti ngapain yah untuk nunggu sampai jam 17.00. Apa mustinya kalau mau nonton di Fan Fest mesti bawa selimut, bantal, dan kalau boleh sih tenda...kompor kecil hehehheh biar bisa masak indomie telor gitu maksudnya ...hahhahah duasar...!

Seetelah menikmati pemandangan selama kurang lebih 20 menitan, mama keluar lagi untuk menjemput Adna. Acara menonton pertandingan Argentina lawan Jermannya dilanjutkan aja di rumah. Wah memang benar-benar pertandingan seru. Kayaknya pemain-pemain Jerman udah kelihatan betul-betul babak belur kelelahan. Tapi anehnya kalau Klose kok tampangnya masih tetep cool ya. Kasihan juga ngelihat mereka diserang mulu sama pemain Argentina yang meski postur tubuhnya kecil tapi keker dan herannya lincah kayak bola bekel. Dan untung saja pertandingan dimenangkan oleh Jerman by lucky........Wah begitu pertandingan selesai jalan-jalan di deket rumah udah diramaikan dengan bunyi klakson. Maklum di sini orang kan gak boleh sembarangan mempermainkan klakson, jadi agaknya hal-hal kayak gini merupakan kesempatan emas tuh untuk sepuas-puasnya membunyikan klakson.

Nonton di Kafe

Besoknya setelah acara Jogja day (kegiatan amal untuk membantu korban gempa di Jogja)di gedung Eine Welt Haus, mama meluangkan waktu untuk menonton pertandingan Inggris lawan Portugal di kafe di gedung yang sama. Kebetulan banyak juga temen-temen Indonesia yang nonton di sana. Jadi Adna bisa maen-maen sama anak-anak lain sementara Mama dan Ayah nonton bola. Lumayan juga dengan hanya beli minuman jus Apel bersoda seharga 2,5 euro kita bisa nonton di TV plasma besar. Mana minumannya 1/2 liter jadi sampai pertandingan selesai juga gak abis-abis perasaan. Lucunya di kafe itu ada dua orang Portugis. Pantesan mereka rame banget teriak-teriak. Waduh lucu juga, apalagi pas drama penalti berlangsung.... wah makin seru. Dan lebih menggelikan lagi kok ya pas kebetulan Portugal yang menang. Udah deh si orang itu makin heboh. Orang-orang di sekitarnya hanya senyum-senyum saja.

Atmosphere Piala Dunia di rumah

Photobucket - Video and Image Hosting

Mama yang mendukung Jerman memasang spanduk Jerman yang dipasang di balkon. Adna tak ketinggalan dia asyik membuat bendera-bendera negara-negara peserta PD. Meski gak semua Adna gambar. Maklum ada beberapa bendera yang sulit misal karena ada gambarnya seperti bendera Brasil atau Saudi Arabia. Untuk itu Adna membuat gambar di kertas HVS yang dibagi dua terus diwarnai dengan cat air. Bendera-bendera yang banyak itu di lekatkan di tali dan digantung di langit-langit rumah.

Photobucket - Video and Image Hosting

Photobucket - Video and Image Hosting
Bagaimana hasil pertandingan selanjutnya, sore ini menjadi sore yang menegangkan. Apakah Jerman berhasil lolos ke ajang Final apalagi berhasil merebut gelar juara dunia? hmm....deg...deg..an deh.

Saturday, July 01, 2006

Tor...Tor....Deutschland..!!!

Selama kurang lebih hampir tiga minggu berlangsung sudah Piala Dunia (Welt Master) di Jerman. Wah, rasanya senang juga bisa menyaksikan atmospher Piala Dunia secara langsung. Padahal menjelang detik-detik pembukaan Piala Dunia tanggal 9 Juni kemaren, masyarakat Jerman terkesan masih kalem-kalem saja. Malah lebih heboh penyambutan Piala Dunia di Indonesia. Misal di SCTV selalu ada logo Piala Dunia di kanan atas layar kaca, bahkan selalu ada setiap harinya informasi berapa hari lagi menjelang PD. SEdangkan di sini hal seperti itu tidak ada. Atmospher PD juga hanya ditemukan di toko-toko yang menjual berbagai souvenir bola. Bahkan gantungan kunci maupun boneka mascot PD, Goleo, tak tampak dipakai oleh kaum remaja di sini.

Bahkan ketika hari-H pembukaan dan melihat berita bahwa di Jakarta terjadi kemacetan gara-gara pawai PD membuat kita di sini betul-betul iri sekaligus pesimis dengan kemeriahan PD di Jerman. KArena pembukaan PD di sini hanya meriah di Fan Park Olympia Park dan tentu saja stadion Allianz Arena tempat berlangsungnya pembukaan sekaligus pertandingan perdana Jerman-Costa Rica. Tidak ada arak-arakan seperti di JAkarta, apalagi sampai bikin macet.


Pembukaan Piala Dunia di Fan Park Olympia Park


Karena penasaran dengan atmospher PD di negara tuan rumah, Mama, Ayah dan Adna bela-belain pergi ke Fan Park di Olympia Park. Karena Olympia Park letaknya lebih dekat daripada harus mendatangi Allianz Arena. Bahkan kalau ada pertandingan Jerman selalu ada kereta bawah tanah ekstra yang berjalan dari stasiun rumah kami langsung ke Olympia Park. Kami semua sudah memakai kaos PD semua, tapi sayangnya warnanya gak seragam. Mama warna merah, Adna putih, dan Ayah biru. Kami berangkat dari rumah sekitar 2 jam sebelum acara dimulai.

Kereta yang kami tumpangi tak begitu berdesakan, mengherankan karena bukankah ini langsung ke Olympia Park. Kira-kira hanya bebrapa orang fans Jerman aja yang masuk kereta kami. Ternyata ketika berhenti di suatu stasiun persimpangan, kereta kita berhenti dan kereta lain yang memang jurusan ke arah Olympia Park sudah penuh berdesak-desakan para fans. Dan kereta itulah yang didahulukan daripada kereta kami. Hingga 3 kali keberangkatan kereta mereka, barulah kereta kami.

Photobucket - Video and Image Hosting

Sampai Olympia Park orang juga sudah banyak, namun semuanya masih terkendali tak ada dorong-dorongan apalagi waktu berjalan ke arah lift semuanya tetap tertib. Kami langsung menuju ke lokasi Fan Park yang disitu ada layar raksasa. Ternyata sesampainya di sana orang sudah penuh sekali bahkan kami gak melihat sama sekali si layar raksasa itu. Rupanya layar itu letaknya agak ke bawah dan bagi para penonton ada semacam sengkedan-sengkedan atau tempat duduk berundak. Kapasitasnya sekitar 20 ribu orang. Menurut info dari teman kami sesama orang Indonesia masih ada pintu lain untuk menuju ke arah sana. pintu alternatif ini melingkar dan jauh sekali. Padahal saat itu pukul 16.00 sedang terik-teriknya. Kita semua betul-betul kecapekan, apalagi Adna ikutan jalan karena tidak membawa Kinderwagen. Walhasil kadang Ayah harus menggendong Adna di pundak.

Photobucket - Video and Image Hosting


Sesampai di pintu alternatif ternyata sudah di barikade dan untuk lewat harus menjalani antrean yang panjang. Orang-orangnya mana gede-gede lagi, terus kita ngeliat ada anak-anak remaja tanggung keluar lagi sambil bilang ," Ah...Gar nicht viel spass...!", artinya kira-kira begini wah kok gak ada enak-enaknya sih!. Ya udah kita jadi mundur teratur aja deh. Dan akhirnya kita memang cukup puas dengan berjalan-jalan di taman-taman Olympia Park sambil menyaksikan dari jauh 20 ribu orang berteriak-teriak dan menyanyi. Karena penasaran dengan pertandingannya akhirnya kami memutuskan untuk pulang saja. Pas pulang alangkah terkejutnya kita karena polisi dan tentara sudah semakin banyak, dan barikade-barikade pertahanan sudah dipasang makin mendekati stasiun Olympia Park. Keluarga Jatmiko malah katanya kena barikade di awal jadi sama sekali gak bisa masuk lokasi Olympia Park.


Jerman lautan bendera

Photobucket - Video and Image Hosting


Kesebelasan Jerman yang dulu dikenal seperti diesel artinya panasnya lama, ternyata memang seperti itulah gambaran masyarakatnya. Baru setelah pertandingan demi pertandingan Jerman menang, orang-orang mulai bergairah mengikuti jalannya PD. Bahkan Jerman seolah-olah menjadi lautan bendera Hitam-Merah-Kuning. Katanya ini fenomena terbaru. Di balkon-balkon rumah dan mobil-mobil pribadi terpasang bendera jerman. Model jerman,Claudia Schiffer tadinya sempat mengkritik bangsanya yang sungkan untuk menunjukkan nasionalismenya, tidak seperti orang-orang Inggris yang sejak awal sudah bergairah sekali mendukung jagonya dengan dukungan bendera di mana-mana.

Tapi kabarnya orang Jerman masih trauma dengan masa-masa kelam Nazi. Anak-anak SMA sudah ditanamkan perasaan 'berdosa' tentang sejarah bangsa mereka sendiri. Sehingga ada perasaan malu untuk terbuka masalah 'nasionalisme' maupun 'patriotisme'. Mereka takut orang-orang seluruh dunia akan mengecap mereka nostalgi 'Nazi'. KArena jaman NAzi dikenal dengan gerakan Ultra Nasionalisme. Namun media Jerman giat mengkampanyekan bahwa nasionalisme sekarang berbeda dengan dahulu. Frans Beckenbauer yg diwawancara oleh koran Bild menyatakan , "Ich bin patriot, aber kein idiot..!" (Saya seorang patriot tapi bukan idiot). Maklum gerakan neo Nazi sekarang ini memang boleh dibilang Patriot yang Idiot. Udah gayanya gak enak dilihat, kepala plontos, sepatu boot tinggi dengan tali sepatu berlainan kanan dan kiri, terus suka bikin gara-gara dan benci sama orang asing.

Maka dari itu sepertinya ini timing yang tepat bagi orang Jerman untuk merubah citra diri bangsanya. Kemenangan demi kemenangan bukan lagi sekedar gengsi tapi peringatan untuk memperbaiki diri agaknya....Dan si Adna pun dengan riangnya berjoget-joget sambil bernyanyi..Deutschland gewinn..! Deutschland gewinn..!...hehehe Mama dan ayah hanya bisa tersenyum-senyum. Rupanya demam piala dunia sampai juga ke anak TK. Sekali lagi Tor...tor...Deutschland ..! (gol...gol..buat Jerman)

Tor...Tor....Deutschland..!!!

Selama kurang lebih hampir tiga minggu berlangsung sudah Piala Dunia (Welt Master) di Jerman. Wah, rasanya senang juga bisa menyaksikan atmospher Piala Dunia secara langsung. Padahal menjelang detik-detik pembukaan Piala Dunia tanggal 9 Juni kemaren, masyarakat Jerman terkesan masih kalem-kalem saja. Malah lebih heboh penyambutan Piala Dunia di Indonesia. Misal di SCTV selalu ada logo Piala Dunia di kanan atas layar kaca, bahkan selalu ada setiap harinya informasi berapa hari lagi menjelang PD. SEdangkan di sini hal seperti itu tidak ada. Atmospher PD juga hanya ditemukan di toko-toko yang menjual berbagai souvenir bola. Bahkan gantungan kunci maupun boneka mascot PD, Goleo, tak tampak dipakai oleh kaum remaja di sini.

Bahkan ketika hari-H pembukaan dan melihat berita bahwa di Jakarta terjadi kemacetan gara-gara pawai PD membuat kita di sini betul-betul iri sekaligus pesimis dengan kemeriahan PD di Jerman. KArena pembukaan PD di sini hanya meriah di Fan Park Olympia Park dan tentu saja stadion Allianz Arena tempat berlangsungnya pembukaan sekaligus pertandingan perdana Jerman-Costa Rica. Tidak ada arak-arakan seperti di JAkarta, apalagi sampai bikin macet.


Pembukaan Piala Dunia di Fan Park Olympia Park


Karena penasaran dengan atmospher PD di negara tuan rumah, Mama, Ayah dan Adna bela-belain pergi ke Fan Park di Olympia Park. Karena Olympia Park letaknya lebih dekat daripada harus mendatangi Allianz Arena. Bahkan kalau ada pertandingan Jerman selalu ada kereta bawah tanah ekstra yang berjalan dari stasiun rumah kami langsung ke Olympia Park. Kami semua sudah memakai kaos PD semua, tapi sayangnya warnanya gak seragam. Mama warna merah, Adna putih, dan Ayah biru. Kami berangkat dari rumah sekitar 2 jam sebelum acara dimulai.

Kereta yang kami tumpangi tak begitu berdesakan, mengherankan karena bukankah ini langsung ke Olympia Park. Kira-kira hanya bebrapa orang fans Jerman aja yang masuk kereta kami. Ternyata ketika berhenti di suatu stasiun persimpangan, kereta kita berhenti dan kereta lain yang memang jurusan ke arah Olympia Park sudah penuh berdesak-desakan para fans. Dan kereta itulah yang didahulukan daripada kereta kami. Hingga 3 kali keberangkatan kereta mereka, barulah kereta kami.

Photobucket - Video and Image Hosting

Sampai Olympia Park orang juga sudah banyak, namun semuanya masih terkendali tak ada dorong-dorongan apalagi waktu berjalan ke arah lift semuanya tetap tertib. Kami langsung menuju ke lokasi Fan Park yang disitu ada layar raksasa. Ternyata sesampainya di sana orang sudah penuh sekali bahkan kami gak melihat sama sekali si layar raksasa itu. Rupanya layar itu letaknya agak ke bawah dan bagi para penonton ada semacam sengkedan-sengkedan atau tempat duduk berundak. Kapasitasnya sekitar 20 ribu orang. Menurut info dari teman kami sesama orang Indonesia masih ada pintu lain untuk menuju ke arah sana. pintu alternatif ini melingkar dan jauh sekali. Padahal saat itu pukul 16.00 sedang terik-teriknya. Kita semua betul-betul kecapekan, apalagi Adna ikutan jalan karena tidak membawa Kinderwagen. Walhasil kadang Ayah harus menggendong Adna di pundak.

Photobucket - Video and Image Hosting


Sesampai di pintu alternatif ternyata sudah di barikade dan untuk lewat harus menjalani antrean yang panjang. Orang-orangnya mana gede-gede lagi, terus kita ngeliat ada anak-anak remaja tanggung keluar lagi sambil bilang ," Ah...Gar nicht viel spass...!", artinya kira-kira begini wah kok gak ada enak-enaknya sih!. Ya udah kita jadi mundur teratur aja deh. Dan akhirnya kita memang cukup puas dengan berjalan-jalan di taman-taman Olympia Park sambil menyaksikan dari jauh 20 ribu orang berteriak-teriak dan menyanyi. Karena penasaran dengan pertandingannya akhirnya kami memutuskan untuk pulang saja. Pas pulang alangkah terkejutnya kita karena polisi dan tentara sudah semakin banyak, dan barikade-barikade pertahanan sudah dipasang makin mendekati stasiun Olympia Park. Keluarga Jatmiko malah katanya kena barikade di awal jadi sama sekali gak bisa masuk lokasi Olympia Park.


Jerman lautan bendera

Photobucket - Video and Image Hosting


Kesebelasan Jerman yang dulu dikenal seperti diesel artinya panasnya lama, ternyata memang seperti itulah gambaran masyarakatnya. Baru setelah pertandingan demi pertandingan Jerman menang, orang-orang mulai bergairah mengikuti jalannya PD. Bahkan Jerman seolah-olah menjadi lautan bendera Hitam-Merah-Kuning. Katanya ini fenomena terbaru. Di balkon-balkon rumah dan mobil-mobil pribadi terpasang bendera jerman. Model jerman,Claudia Schiffer tadinya sempat mengkritik bangsanya yang sungkan untuk menunjukkan nasionalismenya, tidak seperti orang-orang Inggris yang sejak awal sudah bergairah sekali mendukung jagonya dengan dukungan bendera di mana-mana.

Tapi kabarnya orang Jerman masih trauma dengan masa-masa kelam Nazi. Anak-anak SMA sudah ditanamkan perasaan 'berdosa' tentang sejarah bangsa mereka sendiri. Sehingga ada perasaan malu untuk terbuka masalah 'nasionalisme' maupun 'patriotisme'. Mereka takut orang-orang seluruh dunia akan mengecap mereka nostalgi 'Nazi'. KArena jaman NAzi dikenal dengan gerakan Ultra Nasionalisme. Namun media Jerman giat mengkampanyekan bahwa nasionalisme sekarang berbeda dengan dahulu. Frans Beckenbauer yg diwawancara oleh koran Bild menyatakan , "Ich bin patriot, aber kein idiot..!" (Saya seorang patriot tapi bukan idiot). Maklum gerakan neo Nazi sekarang ini memang boleh dibilang Patriot yang Idiot. Udah gayanya gak enak dilihat, kepala plontos, sepatu boot tinggi dengan tali sepatu berlainan kanan dan kiri, terus suka bikin gara-gara dan benci sama orang asing.

Maka dari itu sepertinya ini timing yang tepat bagi orang Jerman untuk merubah citra diri bangsanya. Kemenangan demi kemenangan bukan lagi sekedar gengsi tapi peringatan untuk memperbaiki diri agaknya....Dan si Adna pun dengan riangnya berjoget-joget sambil bernyanyi..Deutschland gewinn..! Deutschland gewinn..!...hehehe Mama dan ayah hanya bisa tersenyum-senyum. Rupanya demam piala dunia sampai juga ke anak TK. Sekali lagi Tor...tor...Deutschland ..! (gol...gol..buat Jerman)