Thursday, October 26, 2006

Sumbangan Ramadhan anak-anak München


Alhamdulillah, aksi pengumpulan Infaq dan Shadaqah Anak-Anak Indonesia (dan Jerman) München selama bulan Ramadhan berhasil mengumpulkan 165,33 Euro.
Wuih, banyak ya!
Di sebelah kiri bisa dilihat banyak sekali koin-koin yang dikumpulkan anak-anak Indonesia (dan Jerman) di München ini. Ada 6 lembar uang 5 Euro, 22 buah koin 2 Euro, 41 koin 1 Euro, 34 koin 50 cents, 82 koin 20 cents, 86 koin 10 cents, 76 koin 5 cents, 139 koin 2 cents, dan 163 koin 1 cents.
Yang lucu ternyata anak-anak ada yang memasukkan uang 1 dan 2 pfennig (uang Jerman sebelum berlakunya mata uang Euro, sehingga tidak dapat diserahkan ke bank). Tapi tetap jumlah tersebut kami hitung sebagai penghargaan kepada itikad baik anak-anak München.
Selanjutnya hasil pengumpulan ini akan diserahkan ke Muslime Helfen, sebuah organisasi kemanusiaan nirlaba yang bermarkas di München. Organisasi ini dalam operasinya sangat terbuka, termasuk ke Finanzamt (dinas keuangan negara Jerman). Karena itulah salah satu pertimbangan mengapa hasil pengumpulan ini diserahkan ke Muslime Helfen.

O ya, ternyata ada celengan yang masih bagus sehingga tidak dibuang. Yang merasa memilikinya silakan ambil ya di Schlierseestr 83!



Sekali lagi: terima kasih kepada seluruh anak-anak dan orang tua yang telah mensukseskan acara ini. Walaupun di Jerman yang tidak tiap hari bisa melihat anak-anak miskin yang harus bekerja jadi pengamen, pengasong, atau pemulung, anak-anak di sini juga bisa merasakan penderitaannya.
Makanya mari kita berdoa, agar pemimpin dan rakyat Indonesia dibukakan hatinya oleh Allah swt untuk berlaku jujur, agar birokrasinya bersih dan efisien, rakyatnya tidak suka nyogok, sehingga negara punya uang untuk menyantuni orang miskin. Mudah-mudahan ya! Amin! Posted by Picasa

Sumbangan Ramadhan anak-anak München


Alhamdulillah, aksi pengumpulan Infaq dan Shadaqah Anak-Anak Indonesia (dan Jerman) München selama bulan Ramadhan berhasil mengumpulkan 165,33 Euro.
Wuih, banyak ya!
Di sebelah kiri bisa dilihat banyak sekali koin-koin yang dikumpulkan anak-anak Indonesia (dan Jerman) di München ini. Ada 6 lembar uang 5 Euro, 22 buah koin 2 Euro, 41 koin 1 Euro, 34 koin 50 cents, 82 koin 20 cents, 86 koin 10 cents, 76 koin 5 cents, 139 koin 2 cents, dan 163 koin 1 cents.
Yang lucu ternyata anak-anak ada yang memasukkan uang 1 dan 2 pfennig (uang Jerman sebelum berlakunya mata uang Euro, sehingga tidak dapat diserahkan ke bank). Tapi tetap jumlah tersebut kami hitung sebagai penghargaan kepada itikad baik anak-anak München.
Selanjutnya hasil pengumpulan ini akan diserahkan ke Muslime Helfen, sebuah organisasi kemanusiaan nirlaba yang bermarkas di München. Organisasi ini dalam operasinya sangat terbuka, termasuk ke Finanzamt (dinas keuangan negara Jerman). Karena itulah salah satu pertimbangan mengapa hasil pengumpulan ini diserahkan ke Muslime Helfen.

O ya, ternyata ada celengan yang masih bagus sehingga tidak dibuang. Yang merasa memilikinya silakan ambil ya di Schlierseestr 83!



Sekali lagi: terima kasih kepada seluruh anak-anak dan orang tua yang telah mensukseskan acara ini. Walaupun di Jerman yang tidak tiap hari bisa melihat anak-anak miskin yang harus bekerja jadi pengamen, pengasong, atau pemulung, anak-anak di sini juga bisa merasakan penderitaannya.
Makanya mari kita berdoa, agar pemimpin dan rakyat Indonesia dibukakan hatinya oleh Allah swt untuk berlaku jujur, agar birokrasinya bersih dan efisien, rakyatnya tidak suka nyogok, sehingga negara punya uang untuk menyantuni orang miskin. Mudah-mudahan ya! Amin! Posted by Picasa

Sunday, July 09, 2006

Di penghujung World Cup

Waktu sebulan rasanya begitu cepat. Setelah satu persatu kesebelasan berguguran termasuk kesebelasan Jerman (Hiks..!), akhirnya masuk ke ajang final adalah Itali dan Prancis. Kekalahan dramatis Jerman oleh Itali agaknya sudah dikhawatirkan sejak awal. Beerapa jam menjelang pertandingan Itali-Jerman kemaren suasana tampak lengang. Tampaknya orang-orang sudah bersiap-siap di depan tivi masing-masing. Tentu saja orang-orang bule suka sekali ngemil sambil nonton. Tak heran di supermarket-supermarket tersedia satu set cemilan yang terdiri dari kentang chips, popocorn, kue asin batang, dan aneka snack lainnya yang dibungkus dalam plastik besar. Belum lagi aneka set coklat. Pantesan jika ada orang bule kerajinan nonton biasanya badannya jadi subur-subur alias gemuk. Kita sekeluarga di rumah juga nonton bersama. Sepulang ayah dari kantor kita sudah sama-sama nongkrong di depan TV meski tanpa cemilan tapi kita tetap menikmati.

Sayangnya pas pertandingan itu Adna sedang sakit. Adna badannya panas dan pusing-pusing sejak dua hari yang lalu. Sakitnya Adna disebabkan karena vaksin MMR yang diberikan dokter 2 minggu lalu. Memang Ibu dokter sudah memperingatkan kalau nanti anak bakalan sakit. Dan untuk meringankan sakitnya diberikan paracetamol. Namun panasnya memang bandel, jadi begitu 6 jam setelah pemberian Paracetamol suhu badan Adna kembali naik ke kisaran 39°C. Telapak tangan, kaki, dan bagian muka sedikit juga keluar merah-merah dan terasa gatal. Semula Mama khawatir dengan virus rubella yang sedang dilawan Adna di tubuhnya, takutnya si kuman ini iseng tamasya ke luar tubuh Adna dan bersarang di badan Mama. Wah, ini kan bisa bahaya bagi si calon 'dedek'.

Mama segera mencari tahu riwayat kesehatan Mama di buku 'catatan ibu' (Mutterpass). Dari hasil pemeriksaan HAH-Röteln-Test dulu diketahui titer mama : 1:16 jadi Insya Allah di tubuh mama sudah ada antibodi (pernah terinfeksi di masa lampau) yang cukup melawan virus rubella yang masuk. Dan katanya aman juga jika harus berdekatan dengan anak yang sedang sakit Campak Jerman.
Kembali ke topik Jerman-Itali, akhirnya memang di detik-detik terakhir perpanjangan waktu Ballack cs harus menyerahkan kemenangan pada Itali. Sedih tentu saja, karena publik maupun pemain Jerman sendiri sudah bermimpi memboyong Piala Dunia 2006. Setelah itu satu hari memang menjadi hari bersedih. Bahkan Jürgen Klinsmann di konferensi Pers tanpak matanya sedikit berkaca-kaca. Duh, gimana ya rasanya....?


Sommerfest Bola di Kindergarten

Photobucket - Video and Image Hosting

Demam bola terasa juga gaungnya di TK-nya Adna. Meski hari itu diwarnai dengan mendung bahkan pagi sampai siang hujan deras, Sommerfest atau pesta musim panas tetap diadakan. Stand-stand makanan dan permainan sudah dipersiapkan sejak pagi. Dekorasi bola maupun bendera-bendera negara juga berkibar-kibar. Sommerfest dibuka dengan dikumandangkannya lagu kebangsaan Jerman yang diiringi dengan berjalannya anak-anak sambil mengibarkan bendera-bendera. Bendera itu adalah hasil prakarya mereka sendiri.

Terus dilanjutkan dengan permainan tarian oleh anak-anak yang besar. Dan setelahnya pemberian penghargaan pada para orangtua yang sudah berpartisipasi jadi panitya sommerfest maupun acara-acara lain. Dan dimulailah sommerfest dengan segala permainan. Tentu saja permainannya bertema bola. Dari mulai main penalti-penaltian, bermain bola dengan cara menghembuskan bola kecil ke gawang lawan masing-masing, menendang bola ke gawang tertutup dan hanya ada dua lubang, kuiz bola, lottere, menggambar bendera di wajah, dll. Tapi tak satu pun yang menarik perhatian Adna. Dia malah asyik main di taman dengan anak-anak lain. Eh, ternyata ayah datang juga. Terimakasih Ayah. PAdahal sebetulnya ayah gak dateng juga gak apa-apa karena toh acaranya cuma begitu. Jadi si ayah bela-belain mengurangi jam kerjanya untuk datang. Tapi yah di lain waktu harus dibayar lagi utang waktunya itu.


Nonton pertandingan terakhir Jerman-Portugal

Kemarin setelah dikompori temen untuk lihat-lihat diskonan barang-barang World Cup di sebuah mall, kami pergi semua ke sana. Memang sudah ada beberapa barang yang diobral misalnya T-Shirt-T-Shirt. Tapi T-Shirtnya kurang menarik. Sedangkan untuk baju keebelasan bola (Trikot) ada yang didiskon hingga 50% tapi kebetulan diantara trikot-trikot itu gak ada yang memenuhi selera. Ayah ingin kaos Prancis, tentu saja itu belum di diskon. Baju trikot anak-anak juga tinggal yang Brasil dengan warna kaos kuning dan celana pendek biru, wah kayaknya gak cocok tuh dipake di Adna.

Boneka-boneka Goleo juga seperti biasa sudah di diskon 50%, Mama kan sudah beli yang ukuran menengah di suermarket lain dengan harga yang sama. Adna sendiri gak gitu suka boneka Goleo, jadi ini mah memang Mama yang suka. Paling enggak kan buat kenang-kenangan.

Berhubung jarak Mal itu dengan Olympiapark tempat Fan Fest gak jauh maka kita akhirnya memutuskan untuk pergi ke sana. Paling tidak itung-itung merasakan atmospher bola yang terakhir. Yang kayaknya untuk selanjutnya kemungkinan nihil deh menyaksikan atmospher kayak begini. Udah World Cup 4 tahun sekali, dan kayaknya digelar lagi di Jerman entah tahun berapa lagi (entah kita masih tinggal di sini lagi apa enggak), atau mengharap diadain di Indonesia (mimpi kali ye).

Photobucket - Video and Image Hosting


Wah sayangnya nyampe di Fan Fest hanya berselang satu jam sebelum pertandingan. Dan tumbennya masih bisa masuk. Kayaknya orang-orang banyak yang udah gak semangat menyaksikan pertandingan yang istilahnya sebetulnya cuma 'hiburan'. Meski kami bisa masuk tapi gak menjamin dapat tempat yang nyaman. AKhirnya kita dapat tempat di dataran tinggi tapi pemandangan ke screen lebarnya itu dari samping dan kehalangan ranting-ranting pohon. Meski untungnya masih ada sebagian besar layar yang masih bisa kita lihat. Memang screennya canggih, gambarnya jernih banget. Ini jauh berbeda pas kita bandingin dengan TV plasma lain yang terpampang di bagian lain Olympiapark, wah memang Philips oke punya.

Orang-orang rata-rata membawa bir yang diwadahi di gelas plastik. Dari yang ukurannya 300 ml sampai yang satu liter. Itu gelasnya kayak ceret plastik wadah sirup di Indonesia yang biasanya untuk minum rame-rame. Yah lumayan kita bisa menikmati hiburan gratis, jadi nostalgia saat-saat di Indonesia nonton layar tancap. ADna tentu saja gak tertarik nonton ke screen, dia asyik bermain bersama NAqisha. Untung tadi sempat beli alas duduk di Mal, jadi Adna dan Naqisha bisa tidur-tiduran pake alas.

Photobucket - Video and Image Hosting

Baru 20 menit pertandingan dimulai, NAqisha udah ngantuk. Akhirnya kita semua merencanakan pulang saja dan dilanjutkan nonton di rumah. Namun ternyata perjalanan dari Olympiapark ke rumah agak lama juga, mana mesti ngambil barang-barang belanjaan di rumah NAqisha dulu. AKhirnya sampai di rumah pertandingan sudah tinggal 5 menit lagi. Dan untungnya sudah 3-1 untuk Jerman. Yah sudahlah....Eh ternyata si Adna kulitnya gatel-gatel lagi. Ya ampun apa karena duduk di atas rumput ya? padahal bukannya udah pake alas? Jadinya si adna rewel dan dikasih dispensasi tidur di kamar kita deh.

Eh iya, nanti malam adalah pertandingan final. Setelah itu sudah tidak ada pertandingan lagi. Temen-temen sesama ibu rupanya diam-diam merasa kehilangan momen ini. Banyak diantara mereka yang bilang bahwa hari-hari tanpa pertandingan bola kayaknya menjadi sepi. Iya waktu jeda antara pertandingan semifinal kan rasanya memang sepi karena gak ada yang ditunggu-tunggu.

Yah sudah, kita tunggu saja 4 tahun lagi. Moga masih diberi umur panjang.

Di penghujung World Cup

Waktu sebulan rasanya begitu cepat. Setelah satu persatu kesebelasan berguguran termasuk kesebelasan Jerman (Hiks..!), akhirnya masuk ke ajang final adalah Itali dan Prancis. Kekalahan dramatis Jerman oleh Itali agaknya sudah dikhawatirkan sejak awal. Beerapa jam menjelang pertandingan Itali-Jerman kemaren suasana tampak lengang. Tampaknya orang-orang sudah bersiap-siap di depan tivi masing-masing. Tentu saja orang-orang bule suka sekali ngemil sambil nonton. Tak heran di supermarket-supermarket tersedia satu set cemilan yang terdiri dari kentang chips, popocorn, kue asin batang, dan aneka snack lainnya yang dibungkus dalam plastik besar. Belum lagi aneka set coklat. Pantesan jika ada orang bule kerajinan nonton biasanya badannya jadi subur-subur alias gemuk. Kita sekeluarga di rumah juga nonton bersama. Sepulang ayah dari kantor kita sudah sama-sama nongkrong di depan TV meski tanpa cemilan tapi kita tetap menikmati.

Sayangnya pas pertandingan itu Adna sedang sakit. Adna badannya panas dan pusing-pusing sejak dua hari yang lalu. Sakitnya Adna disebabkan karena vaksin MMR yang diberikan dokter 2 minggu lalu. Memang Ibu dokter sudah memperingatkan kalau nanti anak bakalan sakit. Dan untuk meringankan sakitnya diberikan paracetamol. Namun panasnya memang bandel, jadi begitu 6 jam setelah pemberian Paracetamol suhu badan Adna kembali naik ke kisaran 39°C. Telapak tangan, kaki, dan bagian muka sedikit juga keluar merah-merah dan terasa gatal. Semula Mama khawatir dengan virus rubella yang sedang dilawan Adna di tubuhnya, takutnya si kuman ini iseng tamasya ke luar tubuh Adna dan bersarang di badan Mama. Wah, ini kan bisa bahaya bagi si calon 'dedek'.

Mama segera mencari tahu riwayat kesehatan Mama di buku 'catatan ibu' (Mutterpass). Dari hasil pemeriksaan HAH-Röteln-Test dulu diketahui titer mama : 1:16 jadi Insya Allah di tubuh mama sudah ada antibodi (pernah terinfeksi di masa lampau) yang cukup melawan virus rubella yang masuk. Dan katanya aman juga jika harus berdekatan dengan anak yang sedang sakit Campak Jerman.
Kembali ke topik Jerman-Itali, akhirnya memang di detik-detik terakhir perpanjangan waktu Ballack cs harus menyerahkan kemenangan pada Itali. Sedih tentu saja, karena publik maupun pemain Jerman sendiri sudah bermimpi memboyong Piala Dunia 2006. Setelah itu satu hari memang menjadi hari bersedih. Bahkan Jürgen Klinsmann di konferensi Pers tanpak matanya sedikit berkaca-kaca. Duh, gimana ya rasanya....?


Sommerfest Bola di Kindergarten

Photobucket - Video and Image Hosting

Demam bola terasa juga gaungnya di TK-nya Adna. Meski hari itu diwarnai dengan mendung bahkan pagi sampai siang hujan deras, Sommerfest atau pesta musim panas tetap diadakan. Stand-stand makanan dan permainan sudah dipersiapkan sejak pagi. Dekorasi bola maupun bendera-bendera negara juga berkibar-kibar. Sommerfest dibuka dengan dikumandangkannya lagu kebangsaan Jerman yang diiringi dengan berjalannya anak-anak sambil mengibarkan bendera-bendera. Bendera itu adalah hasil prakarya mereka sendiri.

Terus dilanjutkan dengan permainan tarian oleh anak-anak yang besar. Dan setelahnya pemberian penghargaan pada para orangtua yang sudah berpartisipasi jadi panitya sommerfest maupun acara-acara lain. Dan dimulailah sommerfest dengan segala permainan. Tentu saja permainannya bertema bola. Dari mulai main penalti-penaltian, bermain bola dengan cara menghembuskan bola kecil ke gawang lawan masing-masing, menendang bola ke gawang tertutup dan hanya ada dua lubang, kuiz bola, lottere, menggambar bendera di wajah, dll. Tapi tak satu pun yang menarik perhatian Adna. Dia malah asyik main di taman dengan anak-anak lain. Eh, ternyata ayah datang juga. Terimakasih Ayah. PAdahal sebetulnya ayah gak dateng juga gak apa-apa karena toh acaranya cuma begitu. Jadi si ayah bela-belain mengurangi jam kerjanya untuk datang. Tapi yah di lain waktu harus dibayar lagi utang waktunya itu.


Nonton pertandingan terakhir Jerman-Portugal

Kemarin setelah dikompori temen untuk lihat-lihat diskonan barang-barang World Cup di sebuah mall, kami pergi semua ke sana. Memang sudah ada beberapa barang yang diobral misalnya T-Shirt-T-Shirt. Tapi T-Shirtnya kurang menarik. Sedangkan untuk baju keebelasan bola (Trikot) ada yang didiskon hingga 50% tapi kebetulan diantara trikot-trikot itu gak ada yang memenuhi selera. Ayah ingin kaos Prancis, tentu saja itu belum di diskon. Baju trikot anak-anak juga tinggal yang Brasil dengan warna kaos kuning dan celana pendek biru, wah kayaknya gak cocok tuh dipake di Adna.

Boneka-boneka Goleo juga seperti biasa sudah di diskon 50%, Mama kan sudah beli yang ukuran menengah di suermarket lain dengan harga yang sama. Adna sendiri gak gitu suka boneka Goleo, jadi ini mah memang Mama yang suka. Paling enggak kan buat kenang-kenangan.

Berhubung jarak Mal itu dengan Olympiapark tempat Fan Fest gak jauh maka kita akhirnya memutuskan untuk pergi ke sana. Paling tidak itung-itung merasakan atmospher bola yang terakhir. Yang kayaknya untuk selanjutnya kemungkinan nihil deh menyaksikan atmospher kayak begini. Udah World Cup 4 tahun sekali, dan kayaknya digelar lagi di Jerman entah tahun berapa lagi (entah kita masih tinggal di sini lagi apa enggak), atau mengharap diadain di Indonesia (mimpi kali ye).

Photobucket - Video and Image Hosting


Wah sayangnya nyampe di Fan Fest hanya berselang satu jam sebelum pertandingan. Dan tumbennya masih bisa masuk. Kayaknya orang-orang banyak yang udah gak semangat menyaksikan pertandingan yang istilahnya sebetulnya cuma 'hiburan'. Meski kami bisa masuk tapi gak menjamin dapat tempat yang nyaman. AKhirnya kita dapat tempat di dataran tinggi tapi pemandangan ke screen lebarnya itu dari samping dan kehalangan ranting-ranting pohon. Meski untungnya masih ada sebagian besar layar yang masih bisa kita lihat. Memang screennya canggih, gambarnya jernih banget. Ini jauh berbeda pas kita bandingin dengan TV plasma lain yang terpampang di bagian lain Olympiapark, wah memang Philips oke punya.

Orang-orang rata-rata membawa bir yang diwadahi di gelas plastik. Dari yang ukurannya 300 ml sampai yang satu liter. Itu gelasnya kayak ceret plastik wadah sirup di Indonesia yang biasanya untuk minum rame-rame. Yah lumayan kita bisa menikmati hiburan gratis, jadi nostalgia saat-saat di Indonesia nonton layar tancap. ADna tentu saja gak tertarik nonton ke screen, dia asyik bermain bersama NAqisha. Untung tadi sempat beli alas duduk di Mal, jadi Adna dan Naqisha bisa tidur-tiduran pake alas.

Photobucket - Video and Image Hosting

Baru 20 menit pertandingan dimulai, NAqisha udah ngantuk. Akhirnya kita semua merencanakan pulang saja dan dilanjutkan nonton di rumah. Namun ternyata perjalanan dari Olympiapark ke rumah agak lama juga, mana mesti ngambil barang-barang belanjaan di rumah NAqisha dulu. AKhirnya sampai di rumah pertandingan sudah tinggal 5 menit lagi. Dan untungnya sudah 3-1 untuk Jerman. Yah sudahlah....Eh ternyata si Adna kulitnya gatel-gatel lagi. Ya ampun apa karena duduk di atas rumput ya? padahal bukannya udah pake alas? Jadinya si adna rewel dan dikasih dispensasi tidur di kamar kita deh.

Eh iya, nanti malam adalah pertandingan final. Setelah itu sudah tidak ada pertandingan lagi. Temen-temen sesama ibu rupanya diam-diam merasa kehilangan momen ini. Banyak diantara mereka yang bilang bahwa hari-hari tanpa pertandingan bola kayaknya menjadi sepi. Iya waktu jeda antara pertandingan semifinal kan rasanya memang sepi karena gak ada yang ditunggu-tunggu.

Yah sudah, kita tunggu saja 4 tahun lagi. Moga masih diberi umur panjang.

Tuesday, July 04, 2006

Jelang pertandingan semifinal Jerman-Italy

Suasana Piala Dunia tahun ini memang makin panas. Sesuai betul dengan cuacanya. Padahal biasanya musim panas sebelum-sebelumnya selalu dihiasi hujan petir di bulan Juni. Sepertinya Allah benar-benar memberikan karunia tak hingga sehingga pas ajang PD ini entah kenapa jarang hujan. Kalau pun hujan kebetulan pas gak lagi waktu bertanding. Ada juga sih kesebelasan yang sedang sial ketika bertanding harus rela berlarian di bawah siraman hujan. Tapi kebanyakan hujan baru datang ketika malam sekali sampai pagi. Siang dan sore kembali ceria. Moga-moga memang berkah.

Setelah gagal masuk di Fan Park saat pembukaan PD sebetulnya masih banyak kesempatan untuk nongkrong di sana saat pertandingan lainnya. Tapi yah itu susah juga ngatur jadwalnya. Karena kalau sore-sore berarti harus bawa-bawa Adna. Dan Mama takutnya Adna bosen duduk berjam-jam di sana. Terkadang pas waktunya bagus yaitu weekend, ada aja acara lain. Biasanya pengajian bulanan atau kebetulan emang lagi gak enak badan. Ya udah akhirnya harus puas nonton di TV. Lumayan kalau sedang pertandingan di stasiun ZDF si komentatornya, Jürgen Klopp, selain good looking orangnya asyik banget. Kayaknya dia gak seperti komentator-komentator lain yang kaku dia mah banyak senyum, gayanya santai, tapi tetap cerdas.

Masuk ke Fan Fest

Sangking penasarannya pengen duduk di deket layar lebar Fan Fest, pas hari pertandingan Argentina lawan Jerman, Mama pergi sendiri pagi-pagi ke sana. Setelah mengantar Adna ke TK, sambil membawa handycam mama naik kereta bawah tanah ke Olympia Park. Waktu itu baru jam 11.30 siang dan pertandingan baru akan dimulai jam 17.00, tapi aliran fans udah mulai berdatangan. Meski belum banyak banget dan Mama bisa melenggang bebas ke arah layar lebar. Tapi sebelumnya sudah ada pasukan keamanan di depan gerbang Fan Fest. Tas mama di periksa dan untung boleh masuk tanpa harus membuang ini itu.


Photobucket - Video and Image Hosting

Fan Fest memang enak sekali. Tamannya yang hijau dan dilatarbelakangi kolam, membuat pemandangan nyaman. Tapi ya ampun panas banget. Kalau dari sekarang udah nongkrong di sana, terus mesti ngapain yah untuk nunggu sampai jam 17.00. Apa mustinya kalau mau nonton di Fan Fest mesti bawa selimut, bantal, dan kalau boleh sih tenda...kompor kecil hehehheh biar bisa masak indomie telor gitu maksudnya ...hahhahah duasar...!

Seetelah menikmati pemandangan selama kurang lebih 20 menitan, mama keluar lagi untuk menjemput Adna. Acara menonton pertandingan Argentina lawan Jermannya dilanjutkan aja di rumah. Wah memang benar-benar pertandingan seru. Kayaknya pemain-pemain Jerman udah kelihatan betul-betul babak belur kelelahan. Tapi anehnya kalau Klose kok tampangnya masih tetep cool ya. Kasihan juga ngelihat mereka diserang mulu sama pemain Argentina yang meski postur tubuhnya kecil tapi keker dan herannya lincah kayak bola bekel. Dan untung saja pertandingan dimenangkan oleh Jerman by lucky........Wah begitu pertandingan selesai jalan-jalan di deket rumah udah diramaikan dengan bunyi klakson. Maklum di sini orang kan gak boleh sembarangan mempermainkan klakson, jadi agaknya hal-hal kayak gini merupakan kesempatan emas tuh untuk sepuas-puasnya membunyikan klakson.

Nonton di Kafe

Besoknya setelah acara Jogja day (kegiatan amal untuk membantu korban gempa di Jogja)di gedung Eine Welt Haus, mama meluangkan waktu untuk menonton pertandingan Inggris lawan Portugal di kafe di gedung yang sama. Kebetulan banyak juga temen-temen Indonesia yang nonton di sana. Jadi Adna bisa maen-maen sama anak-anak lain sementara Mama dan Ayah nonton bola. Lumayan juga dengan hanya beli minuman jus Apel bersoda seharga 2,5 euro kita bisa nonton di TV plasma besar. Mana minumannya 1/2 liter jadi sampai pertandingan selesai juga gak abis-abis perasaan. Lucunya di kafe itu ada dua orang Portugis. Pantesan mereka rame banget teriak-teriak. Waduh lucu juga, apalagi pas drama penalti berlangsung.... wah makin seru. Dan lebih menggelikan lagi kok ya pas kebetulan Portugal yang menang. Udah deh si orang itu makin heboh. Orang-orang di sekitarnya hanya senyum-senyum saja.

Atmosphere Piala Dunia di rumah

Photobucket - Video and Image Hosting

Mama yang mendukung Jerman memasang spanduk Jerman yang dipasang di balkon. Adna tak ketinggalan dia asyik membuat bendera-bendera negara-negara peserta PD. Meski gak semua Adna gambar. Maklum ada beberapa bendera yang sulit misal karena ada gambarnya seperti bendera Brasil atau Saudi Arabia. Untuk itu Adna membuat gambar di kertas HVS yang dibagi dua terus diwarnai dengan cat air. Bendera-bendera yang banyak itu di lekatkan di tali dan digantung di langit-langit rumah.

Photobucket - Video and Image Hosting

Photobucket - Video and Image Hosting
Bagaimana hasil pertandingan selanjutnya, sore ini menjadi sore yang menegangkan. Apakah Jerman berhasil lolos ke ajang Final apalagi berhasil merebut gelar juara dunia? hmm....deg...deg..an deh.

Jelang pertandingan semifinal Jerman-Italy

Suasana Piala Dunia tahun ini memang makin panas. Sesuai betul dengan cuacanya. Padahal biasanya musim panas sebelum-sebelumnya selalu dihiasi hujan petir di bulan Juni. Sepertinya Allah benar-benar memberikan karunia tak hingga sehingga pas ajang PD ini entah kenapa jarang hujan. Kalau pun hujan kebetulan pas gak lagi waktu bertanding. Ada juga sih kesebelasan yang sedang sial ketika bertanding harus rela berlarian di bawah siraman hujan. Tapi kebanyakan hujan baru datang ketika malam sekali sampai pagi. Siang dan sore kembali ceria. Moga-moga memang berkah.

Setelah gagal masuk di Fan Park saat pembukaan PD sebetulnya masih banyak kesempatan untuk nongkrong di sana saat pertandingan lainnya. Tapi yah itu susah juga ngatur jadwalnya. Karena kalau sore-sore berarti harus bawa-bawa Adna. Dan Mama takutnya Adna bosen duduk berjam-jam di sana. Terkadang pas waktunya bagus yaitu weekend, ada aja acara lain. Biasanya pengajian bulanan atau kebetulan emang lagi gak enak badan. Ya udah akhirnya harus puas nonton di TV. Lumayan kalau sedang pertandingan di stasiun ZDF si komentatornya, Jürgen Klopp, selain good looking orangnya asyik banget. Kayaknya dia gak seperti komentator-komentator lain yang kaku dia mah banyak senyum, gayanya santai, tapi tetap cerdas.

Masuk ke Fan Fest

Sangking penasarannya pengen duduk di deket layar lebar Fan Fest, pas hari pertandingan Argentina lawan Jerman, Mama pergi sendiri pagi-pagi ke sana. Setelah mengantar Adna ke TK, sambil membawa handycam mama naik kereta bawah tanah ke Olympia Park. Waktu itu baru jam 11.30 siang dan pertandingan baru akan dimulai jam 17.00, tapi aliran fans udah mulai berdatangan. Meski belum banyak banget dan Mama bisa melenggang bebas ke arah layar lebar. Tapi sebelumnya sudah ada pasukan keamanan di depan gerbang Fan Fest. Tas mama di periksa dan untung boleh masuk tanpa harus membuang ini itu.


Photobucket - Video and Image Hosting

Fan Fest memang enak sekali. Tamannya yang hijau dan dilatarbelakangi kolam, membuat pemandangan nyaman. Tapi ya ampun panas banget. Kalau dari sekarang udah nongkrong di sana, terus mesti ngapain yah untuk nunggu sampai jam 17.00. Apa mustinya kalau mau nonton di Fan Fest mesti bawa selimut, bantal, dan kalau boleh sih tenda...kompor kecil hehehheh biar bisa masak indomie telor gitu maksudnya ...hahhahah duasar...!

Seetelah menikmati pemandangan selama kurang lebih 20 menitan, mama keluar lagi untuk menjemput Adna. Acara menonton pertandingan Argentina lawan Jermannya dilanjutkan aja di rumah. Wah memang benar-benar pertandingan seru. Kayaknya pemain-pemain Jerman udah kelihatan betul-betul babak belur kelelahan. Tapi anehnya kalau Klose kok tampangnya masih tetep cool ya. Kasihan juga ngelihat mereka diserang mulu sama pemain Argentina yang meski postur tubuhnya kecil tapi keker dan herannya lincah kayak bola bekel. Dan untung saja pertandingan dimenangkan oleh Jerman by lucky........Wah begitu pertandingan selesai jalan-jalan di deket rumah udah diramaikan dengan bunyi klakson. Maklum di sini orang kan gak boleh sembarangan mempermainkan klakson, jadi agaknya hal-hal kayak gini merupakan kesempatan emas tuh untuk sepuas-puasnya membunyikan klakson.

Nonton di Kafe

Besoknya setelah acara Jogja day (kegiatan amal untuk membantu korban gempa di Jogja)di gedung Eine Welt Haus, mama meluangkan waktu untuk menonton pertandingan Inggris lawan Portugal di kafe di gedung yang sama. Kebetulan banyak juga temen-temen Indonesia yang nonton di sana. Jadi Adna bisa maen-maen sama anak-anak lain sementara Mama dan Ayah nonton bola. Lumayan juga dengan hanya beli minuman jus Apel bersoda seharga 2,5 euro kita bisa nonton di TV plasma besar. Mana minumannya 1/2 liter jadi sampai pertandingan selesai juga gak abis-abis perasaan. Lucunya di kafe itu ada dua orang Portugis. Pantesan mereka rame banget teriak-teriak. Waduh lucu juga, apalagi pas drama penalti berlangsung.... wah makin seru. Dan lebih menggelikan lagi kok ya pas kebetulan Portugal yang menang. Udah deh si orang itu makin heboh. Orang-orang di sekitarnya hanya senyum-senyum saja.

Atmosphere Piala Dunia di rumah

Photobucket - Video and Image Hosting

Mama yang mendukung Jerman memasang spanduk Jerman yang dipasang di balkon. Adna tak ketinggalan dia asyik membuat bendera-bendera negara-negara peserta PD. Meski gak semua Adna gambar. Maklum ada beberapa bendera yang sulit misal karena ada gambarnya seperti bendera Brasil atau Saudi Arabia. Untuk itu Adna membuat gambar di kertas HVS yang dibagi dua terus diwarnai dengan cat air. Bendera-bendera yang banyak itu di lekatkan di tali dan digantung di langit-langit rumah.

Photobucket - Video and Image Hosting

Photobucket - Video and Image Hosting
Bagaimana hasil pertandingan selanjutnya, sore ini menjadi sore yang menegangkan. Apakah Jerman berhasil lolos ke ajang Final apalagi berhasil merebut gelar juara dunia? hmm....deg...deg..an deh.

Saturday, July 01, 2006

Tor...Tor....Deutschland..!!!

Selama kurang lebih hampir tiga minggu berlangsung sudah Piala Dunia (Welt Master) di Jerman. Wah, rasanya senang juga bisa menyaksikan atmospher Piala Dunia secara langsung. Padahal menjelang detik-detik pembukaan Piala Dunia tanggal 9 Juni kemaren, masyarakat Jerman terkesan masih kalem-kalem saja. Malah lebih heboh penyambutan Piala Dunia di Indonesia. Misal di SCTV selalu ada logo Piala Dunia di kanan atas layar kaca, bahkan selalu ada setiap harinya informasi berapa hari lagi menjelang PD. SEdangkan di sini hal seperti itu tidak ada. Atmospher PD juga hanya ditemukan di toko-toko yang menjual berbagai souvenir bola. Bahkan gantungan kunci maupun boneka mascot PD, Goleo, tak tampak dipakai oleh kaum remaja di sini.

Bahkan ketika hari-H pembukaan dan melihat berita bahwa di Jakarta terjadi kemacetan gara-gara pawai PD membuat kita di sini betul-betul iri sekaligus pesimis dengan kemeriahan PD di Jerman. KArena pembukaan PD di sini hanya meriah di Fan Park Olympia Park dan tentu saja stadion Allianz Arena tempat berlangsungnya pembukaan sekaligus pertandingan perdana Jerman-Costa Rica. Tidak ada arak-arakan seperti di JAkarta, apalagi sampai bikin macet.


Pembukaan Piala Dunia di Fan Park Olympia Park


Karena penasaran dengan atmospher PD di negara tuan rumah, Mama, Ayah dan Adna bela-belain pergi ke Fan Park di Olympia Park. Karena Olympia Park letaknya lebih dekat daripada harus mendatangi Allianz Arena. Bahkan kalau ada pertandingan Jerman selalu ada kereta bawah tanah ekstra yang berjalan dari stasiun rumah kami langsung ke Olympia Park. Kami semua sudah memakai kaos PD semua, tapi sayangnya warnanya gak seragam. Mama warna merah, Adna putih, dan Ayah biru. Kami berangkat dari rumah sekitar 2 jam sebelum acara dimulai.

Kereta yang kami tumpangi tak begitu berdesakan, mengherankan karena bukankah ini langsung ke Olympia Park. Kira-kira hanya bebrapa orang fans Jerman aja yang masuk kereta kami. Ternyata ketika berhenti di suatu stasiun persimpangan, kereta kita berhenti dan kereta lain yang memang jurusan ke arah Olympia Park sudah penuh berdesak-desakan para fans. Dan kereta itulah yang didahulukan daripada kereta kami. Hingga 3 kali keberangkatan kereta mereka, barulah kereta kami.

Photobucket - Video and Image Hosting

Sampai Olympia Park orang juga sudah banyak, namun semuanya masih terkendali tak ada dorong-dorongan apalagi waktu berjalan ke arah lift semuanya tetap tertib. Kami langsung menuju ke lokasi Fan Park yang disitu ada layar raksasa. Ternyata sesampainya di sana orang sudah penuh sekali bahkan kami gak melihat sama sekali si layar raksasa itu. Rupanya layar itu letaknya agak ke bawah dan bagi para penonton ada semacam sengkedan-sengkedan atau tempat duduk berundak. Kapasitasnya sekitar 20 ribu orang. Menurut info dari teman kami sesama orang Indonesia masih ada pintu lain untuk menuju ke arah sana. pintu alternatif ini melingkar dan jauh sekali. Padahal saat itu pukul 16.00 sedang terik-teriknya. Kita semua betul-betul kecapekan, apalagi Adna ikutan jalan karena tidak membawa Kinderwagen. Walhasil kadang Ayah harus menggendong Adna di pundak.

Photobucket - Video and Image Hosting


Sesampai di pintu alternatif ternyata sudah di barikade dan untuk lewat harus menjalani antrean yang panjang. Orang-orangnya mana gede-gede lagi, terus kita ngeliat ada anak-anak remaja tanggung keluar lagi sambil bilang ," Ah...Gar nicht viel spass...!", artinya kira-kira begini wah kok gak ada enak-enaknya sih!. Ya udah kita jadi mundur teratur aja deh. Dan akhirnya kita memang cukup puas dengan berjalan-jalan di taman-taman Olympia Park sambil menyaksikan dari jauh 20 ribu orang berteriak-teriak dan menyanyi. Karena penasaran dengan pertandingannya akhirnya kami memutuskan untuk pulang saja. Pas pulang alangkah terkejutnya kita karena polisi dan tentara sudah semakin banyak, dan barikade-barikade pertahanan sudah dipasang makin mendekati stasiun Olympia Park. Keluarga Jatmiko malah katanya kena barikade di awal jadi sama sekali gak bisa masuk lokasi Olympia Park.


Jerman lautan bendera

Photobucket - Video and Image Hosting


Kesebelasan Jerman yang dulu dikenal seperti diesel artinya panasnya lama, ternyata memang seperti itulah gambaran masyarakatnya. Baru setelah pertandingan demi pertandingan Jerman menang, orang-orang mulai bergairah mengikuti jalannya PD. Bahkan Jerman seolah-olah menjadi lautan bendera Hitam-Merah-Kuning. Katanya ini fenomena terbaru. Di balkon-balkon rumah dan mobil-mobil pribadi terpasang bendera jerman. Model jerman,Claudia Schiffer tadinya sempat mengkritik bangsanya yang sungkan untuk menunjukkan nasionalismenya, tidak seperti orang-orang Inggris yang sejak awal sudah bergairah sekali mendukung jagonya dengan dukungan bendera di mana-mana.

Tapi kabarnya orang Jerman masih trauma dengan masa-masa kelam Nazi. Anak-anak SMA sudah ditanamkan perasaan 'berdosa' tentang sejarah bangsa mereka sendiri. Sehingga ada perasaan malu untuk terbuka masalah 'nasionalisme' maupun 'patriotisme'. Mereka takut orang-orang seluruh dunia akan mengecap mereka nostalgi 'Nazi'. KArena jaman NAzi dikenal dengan gerakan Ultra Nasionalisme. Namun media Jerman giat mengkampanyekan bahwa nasionalisme sekarang berbeda dengan dahulu. Frans Beckenbauer yg diwawancara oleh koran Bild menyatakan , "Ich bin patriot, aber kein idiot..!" (Saya seorang patriot tapi bukan idiot). Maklum gerakan neo Nazi sekarang ini memang boleh dibilang Patriot yang Idiot. Udah gayanya gak enak dilihat, kepala plontos, sepatu boot tinggi dengan tali sepatu berlainan kanan dan kiri, terus suka bikin gara-gara dan benci sama orang asing.

Maka dari itu sepertinya ini timing yang tepat bagi orang Jerman untuk merubah citra diri bangsanya. Kemenangan demi kemenangan bukan lagi sekedar gengsi tapi peringatan untuk memperbaiki diri agaknya....Dan si Adna pun dengan riangnya berjoget-joget sambil bernyanyi..Deutschland gewinn..! Deutschland gewinn..!...hehehe Mama dan ayah hanya bisa tersenyum-senyum. Rupanya demam piala dunia sampai juga ke anak TK. Sekali lagi Tor...tor...Deutschland ..! (gol...gol..buat Jerman)

Tor...Tor....Deutschland..!!!

Selama kurang lebih hampir tiga minggu berlangsung sudah Piala Dunia (Welt Master) di Jerman. Wah, rasanya senang juga bisa menyaksikan atmospher Piala Dunia secara langsung. Padahal menjelang detik-detik pembukaan Piala Dunia tanggal 9 Juni kemaren, masyarakat Jerman terkesan masih kalem-kalem saja. Malah lebih heboh penyambutan Piala Dunia di Indonesia. Misal di SCTV selalu ada logo Piala Dunia di kanan atas layar kaca, bahkan selalu ada setiap harinya informasi berapa hari lagi menjelang PD. SEdangkan di sini hal seperti itu tidak ada. Atmospher PD juga hanya ditemukan di toko-toko yang menjual berbagai souvenir bola. Bahkan gantungan kunci maupun boneka mascot PD, Goleo, tak tampak dipakai oleh kaum remaja di sini.

Bahkan ketika hari-H pembukaan dan melihat berita bahwa di Jakarta terjadi kemacetan gara-gara pawai PD membuat kita di sini betul-betul iri sekaligus pesimis dengan kemeriahan PD di Jerman. KArena pembukaan PD di sini hanya meriah di Fan Park Olympia Park dan tentu saja stadion Allianz Arena tempat berlangsungnya pembukaan sekaligus pertandingan perdana Jerman-Costa Rica. Tidak ada arak-arakan seperti di JAkarta, apalagi sampai bikin macet.


Pembukaan Piala Dunia di Fan Park Olympia Park


Karena penasaran dengan atmospher PD di negara tuan rumah, Mama, Ayah dan Adna bela-belain pergi ke Fan Park di Olympia Park. Karena Olympia Park letaknya lebih dekat daripada harus mendatangi Allianz Arena. Bahkan kalau ada pertandingan Jerman selalu ada kereta bawah tanah ekstra yang berjalan dari stasiun rumah kami langsung ke Olympia Park. Kami semua sudah memakai kaos PD semua, tapi sayangnya warnanya gak seragam. Mama warna merah, Adna putih, dan Ayah biru. Kami berangkat dari rumah sekitar 2 jam sebelum acara dimulai.

Kereta yang kami tumpangi tak begitu berdesakan, mengherankan karena bukankah ini langsung ke Olympia Park. Kira-kira hanya bebrapa orang fans Jerman aja yang masuk kereta kami. Ternyata ketika berhenti di suatu stasiun persimpangan, kereta kita berhenti dan kereta lain yang memang jurusan ke arah Olympia Park sudah penuh berdesak-desakan para fans. Dan kereta itulah yang didahulukan daripada kereta kami. Hingga 3 kali keberangkatan kereta mereka, barulah kereta kami.

Photobucket - Video and Image Hosting

Sampai Olympia Park orang juga sudah banyak, namun semuanya masih terkendali tak ada dorong-dorongan apalagi waktu berjalan ke arah lift semuanya tetap tertib. Kami langsung menuju ke lokasi Fan Park yang disitu ada layar raksasa. Ternyata sesampainya di sana orang sudah penuh sekali bahkan kami gak melihat sama sekali si layar raksasa itu. Rupanya layar itu letaknya agak ke bawah dan bagi para penonton ada semacam sengkedan-sengkedan atau tempat duduk berundak. Kapasitasnya sekitar 20 ribu orang. Menurut info dari teman kami sesama orang Indonesia masih ada pintu lain untuk menuju ke arah sana. pintu alternatif ini melingkar dan jauh sekali. Padahal saat itu pukul 16.00 sedang terik-teriknya. Kita semua betul-betul kecapekan, apalagi Adna ikutan jalan karena tidak membawa Kinderwagen. Walhasil kadang Ayah harus menggendong Adna di pundak.

Photobucket - Video and Image Hosting


Sesampai di pintu alternatif ternyata sudah di barikade dan untuk lewat harus menjalani antrean yang panjang. Orang-orangnya mana gede-gede lagi, terus kita ngeliat ada anak-anak remaja tanggung keluar lagi sambil bilang ," Ah...Gar nicht viel spass...!", artinya kira-kira begini wah kok gak ada enak-enaknya sih!. Ya udah kita jadi mundur teratur aja deh. Dan akhirnya kita memang cukup puas dengan berjalan-jalan di taman-taman Olympia Park sambil menyaksikan dari jauh 20 ribu orang berteriak-teriak dan menyanyi. Karena penasaran dengan pertandingannya akhirnya kami memutuskan untuk pulang saja. Pas pulang alangkah terkejutnya kita karena polisi dan tentara sudah semakin banyak, dan barikade-barikade pertahanan sudah dipasang makin mendekati stasiun Olympia Park. Keluarga Jatmiko malah katanya kena barikade di awal jadi sama sekali gak bisa masuk lokasi Olympia Park.


Jerman lautan bendera

Photobucket - Video and Image Hosting


Kesebelasan Jerman yang dulu dikenal seperti diesel artinya panasnya lama, ternyata memang seperti itulah gambaran masyarakatnya. Baru setelah pertandingan demi pertandingan Jerman menang, orang-orang mulai bergairah mengikuti jalannya PD. Bahkan Jerman seolah-olah menjadi lautan bendera Hitam-Merah-Kuning. Katanya ini fenomena terbaru. Di balkon-balkon rumah dan mobil-mobil pribadi terpasang bendera jerman. Model jerman,Claudia Schiffer tadinya sempat mengkritik bangsanya yang sungkan untuk menunjukkan nasionalismenya, tidak seperti orang-orang Inggris yang sejak awal sudah bergairah sekali mendukung jagonya dengan dukungan bendera di mana-mana.

Tapi kabarnya orang Jerman masih trauma dengan masa-masa kelam Nazi. Anak-anak SMA sudah ditanamkan perasaan 'berdosa' tentang sejarah bangsa mereka sendiri. Sehingga ada perasaan malu untuk terbuka masalah 'nasionalisme' maupun 'patriotisme'. Mereka takut orang-orang seluruh dunia akan mengecap mereka nostalgi 'Nazi'. KArena jaman NAzi dikenal dengan gerakan Ultra Nasionalisme. Namun media Jerman giat mengkampanyekan bahwa nasionalisme sekarang berbeda dengan dahulu. Frans Beckenbauer yg diwawancara oleh koran Bild menyatakan , "Ich bin patriot, aber kein idiot..!" (Saya seorang patriot tapi bukan idiot). Maklum gerakan neo Nazi sekarang ini memang boleh dibilang Patriot yang Idiot. Udah gayanya gak enak dilihat, kepala plontos, sepatu boot tinggi dengan tali sepatu berlainan kanan dan kiri, terus suka bikin gara-gara dan benci sama orang asing.

Maka dari itu sepertinya ini timing yang tepat bagi orang Jerman untuk merubah citra diri bangsanya. Kemenangan demi kemenangan bukan lagi sekedar gengsi tapi peringatan untuk memperbaiki diri agaknya....Dan si Adna pun dengan riangnya berjoget-joget sambil bernyanyi..Deutschland gewinn..! Deutschland gewinn..!...hehehe Mama dan ayah hanya bisa tersenyum-senyum. Rupanya demam piala dunia sampai juga ke anak TK. Sekali lagi Tor...tor...Deutschland ..! (gol...gol..buat Jerman)

Wednesday, June 28, 2006

Adna 4 tahun

Perayaan Ultah Adna

Tanggal 4 Juni lalu Adna Ulangtahun yang ke-4. Kebetulan hari itu adalah hari Minggu pas Pfingsonntag. Hari Pfings ini biasanya menandai mulainya musim panas. Biasanya anak-anak sekolah juga libur selama 2 minggu. Begitupula TK-nya Adna meski bukan suatu keharusan. Dalam arti TK Adna tetap buka tapi hanya untuk anak-anak yang orangtuanya bekerja atau memiliki kesibukan lain.

Mama sudah menyiapkan kue tart sejak semalam lengkap dihiasi dengan lilin sebanyak 4 buah. Pagi-pagi ketika semua sudah bangun, Mama, Ayah, dan Adna berpakaian rapi. Adna masih memakai baju kebesarannya yang sudah ada sejak 2 tahun lalu yang sekarang kelihatan lebih pas dengan ukuran badannya. Mama pake kebaya merah muda (hahah...kebaya jaman baheula) dan Ayah kemeja biasa. Padahal kita gak kemana-mana cuma mau makan bareng aja di meja makan (biar gaya aja dan kerasa gitu hari istimewanya). Sayang kondisi mama masih belum fit benar karena masih terganggu dengan 'mual-mualnya' si 'calon dedek'. Adna dengan semangat meniup lilin-lilin itu. Tapi pas waktunya makan kue tartnya Adna malah gak mau. Dia emang gak suka kue tart. Mama dan ayah memberikan Adna kado koper kecil yang diidam-idamkan Adna
Photobucket - Video and Image Hosting

Ultah Adna di sekolah

Photobucket - Video and Image Hosting

Di sekolah Adna juga merayakan Ultahnya. Di sini memang sudah tradisi untuk merayakan Ultah di sekolah. Tapi untung gak seheboh perayaan Ultah di Indo. Pihak ortu hanya diharap membawa kue. Kuenya juga gak mesti harus istimewa. Bahkan anak-anak TK kebanyakan tidak suka kue yang terlalu banya whipe cream-nya. Mama karena gak tahu lagi harus bikin apa akhirnya tetap bikin kue tart tapi sedikit whipecream-nya dan bagian atas kuenya diglasur aja pake coklat.

Sayangnya saat Adna Ultah adalah saat liburan, jadi yang hadir di sekolah hanya beberapa anak yang ortunya memang bekerja. Tapi dari foto-fotonya perayaan Ultah Adna cukup berkesan. Adna menjadi tamu kehormatan Mr.Quasi yaitu kodok yang bisa bicara. Tentu saja si Quasi ini adalah boneka tangan yang dimainkan dengan baik oleh Ibu guru. Mr.Quasi mengajak Adna membuka peti kado. Disana banyak mainan. Adna dipersilahkan memilih salah satunya. Adna memilih kaledoskop, itu lho bentuknya seperti tabung tapi di dalamnya ada banyak cermin-cermin sehingga kalau tabung itu diputer-puter ada pernik-pernik di dalam yang membentuk format-format geometris yang cantik.

Selain itu Mr.Quasi memberikan Adna kalung merah. Adna suka sekali dengan kalung itu.
Photobucket - Video and Image Hosting


Hari-hari Adna

Menginjak umur Adna yang ke-4 Adna makin suka menggambar dan bikin prakarya. Adna suka sekali membuat gambar yang ada orangnya kadang kalau orang itu seorang princess maka dipakaikannya mahkota. SElain itu Adna senang menggambar bunga, kupu-kupu, matahari (matahari selalu ada di setiap gambar Adna), dan juga kumbang.

Photobucket - Video and Image Hosting

Kalau prakarya, Adna paling senang bikin dompet. Caranya dengan melipat kertas menjadi dua dan di pinggir-pinggirnya dilekatkan dengan selotip. Terus diwarnai atau digambari. KAdang Mama juga mengajari Adna membuat topi, kucing, atau bunga. Tapi kemudian yang menjadi favorit adalah membuat topi. Pertama diajarin membuat 1/2 lingkaran dari piring. Kemudian digunting dan dari 1/2 lingkaran itu dibuat topi kerucut. LAma-lama Adna bisa buat sendiri tanpa dibantu Mama. Adna juga suka membuat gelang-gelang dari butiran-butiran manik-manik.

Adna belajar tidur sendiri

Adna sekarang sudah cukup besar dan sebentar lagi akan punya adik. Adna senang sekali ketika diberitahu akan diberi adik. Adna memang sudah pengin seperti teman-temannya yang lain, punya adik. Dari awal ketika kita semua tahu akan kehadiran 'calon adik', Adna tiap hari dihembus-hembusi bahwa suatu saat Adna mesti tidur sendiri. Bahkan Mama bilang kalau baby-nya sudah lahir Adna bobok sekamar dengan baby, Mama dan Ayah bobok di kamar lain. Adna bilang biar baby-nya saja yang tidur dengan Mama, Adna tidur di kamar Adna saja.

Tapi kami memang belum benar-benar memisahkan tidur Adna. Jadi baru sekedar ngomong-ngomong. Sampai 3 bulan kemudian, waktu itu si Ayah membeli tangga untuk keperluan memperbaiki lampu atau hal-hal yang letaknya tinggi. Oleh mama tangga yang sudah tidak dipakai lagi diletakkan di kamar Adna. Mama tahu bahwa tangga seperti itu sangat menarik bagi aak seumur Adna. Eh, benar saja Adna jadi suka sekali main di kamarnya. Naik-naik tangga juga. Dengan tangga itu Adna bisa mengambil buku-bukunya yang diletakkan di bagian yang tinggi. KAdang Adna nangkring di atas tangga.

Karena Adna betah di kamarnya, lama-lama Mama mencoba untuk membiarkan Adna tidur sendiri. Hari pertama tentu saja Adna nangis. Oiya, untung sebelumnya Mama pernah membacakan buku yang bertemakan tentang fantasi seorang anak ketika tidur sendiri. Seperti anak itu melihat ada hantu dan monster di kamarnya. Namun tiap kali ia menyalakan lampu, kamarnya tampak seperti semula. Begitupula semula si anak takut dengan bayangan yang seperti makhluk hitam yang besar. Namun ternyata makhluk itu selalu meniru gerakan-gerakannya. Di akhir cerita si anak tertawa sendiri karena menyadari bahwa makhluk itu adalah bayangannya sendiri dan dia tidak takut lagi.

Adna senang sekali dengan cerita itu dan minta dibacakan tiap hari. Nah ketika ADna dicoba untuk tidur sendiri, maka Mama selalu mengingatkan Adna tentang cerita tadi. HAri kedua Adna tidur sendiri, subuh-subuh dia nangis sambil berlari ke kamar kami dan tidur di tengah-tengah kami. Keesokannya Mama bilang ke Adna, kalau Adna tidur sendiri sebaiknya gak usah pindah-pindah. Hari ketiga, Adna kembali tertidur setelah dibacakan buku cerita. Tengah malam Adna nangis, Mama buru-buru menenangkan Adna sambil menemaninya tidur sebentar. Mama meninggalkan Adna. Selang beberapa jam, Mama masih mendengar suara Adna menangis, tapi mama cuekin saja. Akhirnya tangisan itu berhenti dan ketika pagi tiba, Mama mendapati Adna masih tertidur di kamarnya. Wah hebat Adna hari ini bisa sampai pagi bobok sendiri.

MAma berjanji kalau Adna masih pinter bobok sendiri maka akan menghadiahkan Adna bonea Polly seperti yang lagi diidamkan Adna.

Adna 4 tahun

Perayaan Ultah Adna

Tanggal 4 Juni lalu Adna Ulangtahun yang ke-4. Kebetulan hari itu adalah hari Minggu pas Pfingsonntag. Hari Pfings ini biasanya menandai mulainya musim panas. Biasanya anak-anak sekolah juga libur selama 2 minggu. Begitupula TK-nya Adna meski bukan suatu keharusan. Dalam arti TK Adna tetap buka tapi hanya untuk anak-anak yang orangtuanya bekerja atau memiliki kesibukan lain.

Mama sudah menyiapkan kue tart sejak semalam lengkap dihiasi dengan lilin sebanyak 4 buah. Pagi-pagi ketika semua sudah bangun, Mama, Ayah, dan Adna berpakaian rapi. Adna masih memakai baju kebesarannya yang sudah ada sejak 2 tahun lalu yang sekarang kelihatan lebih pas dengan ukuran badannya. Mama pake kebaya merah muda (hahah...kebaya jaman baheula) dan Ayah kemeja biasa. Padahal kita gak kemana-mana cuma mau makan bareng aja di meja makan (biar gaya aja dan kerasa gitu hari istimewanya). Sayang kondisi mama masih belum fit benar karena masih terganggu dengan 'mual-mualnya' si 'calon dedek'. Adna dengan semangat meniup lilin-lilin itu. Tapi pas waktunya makan kue tartnya Adna malah gak mau. Dia emang gak suka kue tart. Mama dan ayah memberikan Adna kado koper kecil yang diidam-idamkan Adna
Photobucket - Video and Image Hosting

Ultah Adna di sekolah

Photobucket - Video and Image Hosting

Di sekolah Adna juga merayakan Ultahnya. Di sini memang sudah tradisi untuk merayakan Ultah di sekolah. Tapi untung gak seheboh perayaan Ultah di Indo. Pihak ortu hanya diharap membawa kue. Kuenya juga gak mesti harus istimewa. Bahkan anak-anak TK kebanyakan tidak suka kue yang terlalu banya whipe cream-nya. Mama karena gak tahu lagi harus bikin apa akhirnya tetap bikin kue tart tapi sedikit whipecream-nya dan bagian atas kuenya diglasur aja pake coklat.

Sayangnya saat Adna Ultah adalah saat liburan, jadi yang hadir di sekolah hanya beberapa anak yang ortunya memang bekerja. Tapi dari foto-fotonya perayaan Ultah Adna cukup berkesan. Adna menjadi tamu kehormatan Mr.Quasi yaitu kodok yang bisa bicara. Tentu saja si Quasi ini adalah boneka tangan yang dimainkan dengan baik oleh Ibu guru. Mr.Quasi mengajak Adna membuka peti kado. Disana banyak mainan. Adna dipersilahkan memilih salah satunya. Adna memilih kaledoskop, itu lho bentuknya seperti tabung tapi di dalamnya ada banyak cermin-cermin sehingga kalau tabung itu diputer-puter ada pernik-pernik di dalam yang membentuk format-format geometris yang cantik.

Selain itu Mr.Quasi memberikan Adna kalung merah. Adna suka sekali dengan kalung itu.
Photobucket - Video and Image Hosting


Hari-hari Adna

Menginjak umur Adna yang ke-4 Adna makin suka menggambar dan bikin prakarya. Adna suka sekali membuat gambar yang ada orangnya kadang kalau orang itu seorang princess maka dipakaikannya mahkota. SElain itu Adna senang menggambar bunga, kupu-kupu, matahari (matahari selalu ada di setiap gambar Adna), dan juga kumbang.

Photobucket - Video and Image Hosting

Kalau prakarya, Adna paling senang bikin dompet. Caranya dengan melipat kertas menjadi dua dan di pinggir-pinggirnya dilekatkan dengan selotip. Terus diwarnai atau digambari. KAdang Mama juga mengajari Adna membuat topi, kucing, atau bunga. Tapi kemudian yang menjadi favorit adalah membuat topi. Pertama diajarin membuat 1/2 lingkaran dari piring. Kemudian digunting dan dari 1/2 lingkaran itu dibuat topi kerucut. LAma-lama Adna bisa buat sendiri tanpa dibantu Mama. Adna juga suka membuat gelang-gelang dari butiran-butiran manik-manik.

Adna belajar tidur sendiri

Adna sekarang sudah cukup besar dan sebentar lagi akan punya adik. Adna senang sekali ketika diberitahu akan diberi adik. Adna memang sudah pengin seperti teman-temannya yang lain, punya adik. Dari awal ketika kita semua tahu akan kehadiran 'calon adik', Adna tiap hari dihembus-hembusi bahwa suatu saat Adna mesti tidur sendiri. Bahkan Mama bilang kalau baby-nya sudah lahir Adna bobok sekamar dengan baby, Mama dan Ayah bobok di kamar lain. Adna bilang biar baby-nya saja yang tidur dengan Mama, Adna tidur di kamar Adna saja.

Tapi kami memang belum benar-benar memisahkan tidur Adna. Jadi baru sekedar ngomong-ngomong. Sampai 3 bulan kemudian, waktu itu si Ayah membeli tangga untuk keperluan memperbaiki lampu atau hal-hal yang letaknya tinggi. Oleh mama tangga yang sudah tidak dipakai lagi diletakkan di kamar Adna. Mama tahu bahwa tangga seperti itu sangat menarik bagi aak seumur Adna. Eh, benar saja Adna jadi suka sekali main di kamarnya. Naik-naik tangga juga. Dengan tangga itu Adna bisa mengambil buku-bukunya yang diletakkan di bagian yang tinggi. KAdang Adna nangkring di atas tangga.

Karena Adna betah di kamarnya, lama-lama Mama mencoba untuk membiarkan Adna tidur sendiri. Hari pertama tentu saja Adna nangis. Oiya, untung sebelumnya Mama pernah membacakan buku yang bertemakan tentang fantasi seorang anak ketika tidur sendiri. Seperti anak itu melihat ada hantu dan monster di kamarnya. Namun tiap kali ia menyalakan lampu, kamarnya tampak seperti semula. Begitupula semula si anak takut dengan bayangan yang seperti makhluk hitam yang besar. Namun ternyata makhluk itu selalu meniru gerakan-gerakannya. Di akhir cerita si anak tertawa sendiri karena menyadari bahwa makhluk itu adalah bayangannya sendiri dan dia tidak takut lagi.

Adna senang sekali dengan cerita itu dan minta dibacakan tiap hari. Nah ketika ADna dicoba untuk tidur sendiri, maka Mama selalu mengingatkan Adna tentang cerita tadi. HAri kedua Adna tidur sendiri, subuh-subuh dia nangis sambil berlari ke kamar kami dan tidur di tengah-tengah kami. Keesokannya Mama bilang ke Adna, kalau Adna tidur sendiri sebaiknya gak usah pindah-pindah. Hari ketiga, Adna kembali tertidur setelah dibacakan buku cerita. Tengah malam Adna nangis, Mama buru-buru menenangkan Adna sambil menemaninya tidur sebentar. Mama meninggalkan Adna. Selang beberapa jam, Mama masih mendengar suara Adna menangis, tapi mama cuekin saja. Akhirnya tangisan itu berhenti dan ketika pagi tiba, Mama mendapati Adna masih tertidur di kamarnya. Wah hebat Adna hari ini bisa sampai pagi bobok sendiri.

MAma berjanji kalau Adna masih pinter bobok sendiri maka akan menghadiahkan Adna bonea Polly seperti yang lagi diidamkan Adna.

Monday, March 20, 2006

Art Attack

Klo ditanya sekarang Adna seneng main apa, jawabnya adalah main air. Waduh tak heran jika kemudian ada tetes-tetes air di karpet. Kalau sudah begini biasanya mama jadi sedikit sakit kepala. Karena karpet yang basah cenderung berbau tak sedap. Biasanya Adna seneng sekali mencuci rambut Barbie-nya. Atau meniru mama mencuci piring di dapur-dapurannya. Jadi diam-diam Adna mengambil air dan sedikit sabun dan airnya di tuang ke tempat cuci piring mainannya.

Image hosting by Photobucket

Adna memang terkadang berkhayal bisa berkreasi seperti di program Art Attack-nya Super RTL. Tayangan ini kebetulan memang salah satu tontonan favoritnya Adna. Pernah suatu hari ada tayangan bagaimana membuat hiasan yang bahannya dari gelas plastik dan sedotan. Tentu saja khas dari Art Attack ini adalah penggunaan lem prakarya yang berwarna putih susu. Lem itu kemudian dicampur zat pewarna makanan sehingga warnanya mirip juice, ada yang juice strawberry, juice jeruk, kopi coklat, dsb. Kemudian lem yang berwarna tadi dimasukkan ke dalam gelas plastik dan ditumpahkan di atas lembaran plastik. Tumpahannya itu diatur sedemikian rupa hingga kelihatan seperti gelas tumpah sungguhan. Kemudian lengkap dihiasi sedotan-sedotan plastik yang tergeletak disampingnya. Dibiarkan semalam kemudian lemnya dikeletek dan jadilah hiasan dinding berupa gambar 3 dimensi gelas tumpah.

Eh beberapa hari kemudian Adna ceritanya meniru. Tapi ini mah bukan lem melainkan air susu coklat beneran yang ditumpahkan begitu saja di atas meja dan dihiasi dengan serakan sedotan, mirip sekali dengan di TV. Mama yang melihatnya langsung kaget dan gak jadi marah ketika Adna bilang Adna mau niru yang di TV. Iya, emang sampai saat ini Mama belum cariin Adna lem itu, jadi Adna belum pernah berkreasi seperti yang di Art Attack.

Wednesday, February 15, 2006

Windpocken

" Bei uns gehen windpocken um", begitulah tulisan di depan pintu masuk Kindergartennya Adna. Artinya kurang lebih adalah Windpocken (cacar air) sedang mewabah di Kindergarten kami. Wah-wah padahal kalau Adna kena otomatis ayah pasti juga tertular. Maklum si ayah ternyata semasa kecil lumayan 'survive' juga. Kalau mama sendiri pernah kena dan masih inget banget.

Dulu waktu mama SD kelas 2 dan masih berkumpul dan tinggal bersama-sama Bude-bude dan Pakde-pakde di Jakarta, pertama kita lagi lucu ngebahas suatu komik Petruk Gareng terus ceritanya ada tokoh namanya 'Siti Denok'. Dikartunkan lucu sekali dan wajahnya penuh jerawat. Nah kebetulan gak lama kemudian dikepala mama tumbuh bintil-bintil. Terus semuanya ngeledekin kalau mama kayak Siti Denok. Eh lama-lama banyak dan mama badannya panas. Setelah ke dokter ternyata itu sakit cacar air. Eh Bude-bude yang ngeledekin mama juga kena. Hahahah mereka lebih parah, karena udah gede. Bude Uut udah SMP kelas 2 dan Bude Arni SMP kelas 3.

Kembali ke wabah Windpocken di sekolah Adna. Tak lama berselang, ternyata Adna badannya panas. Tidurnya juga gelisah. Mama melihat ada bintil-bintil merah di sekitar dahi dan kepala. Mama curiga jangan-jangan Adna kena Windpocken. Dan betul saja karena bintil-bintilnya bertambah. Terutama di bagian kepala, dahi, punggung, dan perut. Langsung deh telpon dokter untuk bikin termin. Tapi jawaban tempat prakter dokter Adna kurang memuaskan mama. Mereka bilang bahwa mereka tidak berkenan menerima kedatangan pasien WIndpocken. Dikarenakan ini penyakit yang sangat menular. Mereka akan terpaksa sekali menerima jika memang keadaannya parah. Jadi jika tidak begitu parah lebih baik di rumah dan beliau akan menuliskan resepnya dan untuk ditebus di apotek.

Adna mendapat obat berupa bedak dan lotion. Sebetulnya keduanya sama khasiatnya yaitu untuk mengurangi rasa gatel dan mengeringkan bintil-bintil yang pecah. HAri ketiga Bu dokter nelpon ke mama dan menanyakan kondisi Adna. Kebetulan Adna saat itu sudah mulai sehat. Dia sudah tidak panas meski bintil-bintilnya belum kering. Seminggu kemudian alhamdulillah semua bintil sudah keluar dan juga sudah kelihatan mengering. Mama bawa Adna ke dokter untuk memastikan kesembuhannya dan memintakan surat keterangan sehat untuk keperluan masuk ke kindergarten. Memang peraturan di sini jika seorang anak kena penyakit menular maka dia boleh masuk lagi jika punya surat keterangan sehat dari dokter.

Image hosting by Photobucket

Si ayah yang belum kena langsung cepat-cepat divaksin. Tapi ternyata virusnya sudah menyebar lebih dahulu. Sekarang ketika Adna sudah masuk sekolah, ayah gantian yang sakit. Tapi untungnya karena sudah divaksin itu sakitnya jadi tidak terlampau parah. Ayah dua hari sakit kepala dan demam kemudian baru keluar bintil-bintilnya. Hari pertama sakit bahkan ayah masih ke Hamburg untuk jemput eyang yang lagi di rumah Alishya. Eyang putri udah pernah kena, sedangkan eyang kakung masih lupa apakah beliau sudah kena apa belum. Kita berharap semoga semuanya sehat-sehat.

Windpocken

" Bei uns gehen windpocken um", begitulah tulisan di depan pintu masuk Kindergartennya Adna. Artinya kurang lebih adalah Windpocken (cacar air) sedang mewabah di Kindergarten kami. Wah-wah padahal kalau Adna kena otomatis ayah pasti juga tertular. Maklum si ayah ternyata semasa kecil lumayan 'survive' juga. Kalau mama sendiri pernah kena dan masih inget banget.

Dulu waktu mama SD kelas 2 dan masih berkumpul dan tinggal bersama-sama Bude-bude dan Pakde-pakde di Jakarta, pertama kita lagi lucu ngebahas suatu komik Petruk Gareng terus ceritanya ada tokoh namanya 'Siti Denok'. Dikartunkan lucu sekali dan wajahnya penuh jerawat. Nah kebetulan gak lama kemudian dikepala mama tumbuh bintil-bintil. Terus semuanya ngeledekin kalau mama kayak Siti Denok. Eh lama-lama banyak dan mama badannya panas. Setelah ke dokter ternyata itu sakit cacar air. Eh Bude-bude yang ngeledekin mama juga kena. Hahahah mereka lebih parah, karena udah gede. Bude Uut udah SMP kelas 2 dan Bude Arni SMP kelas 3.

Kembali ke wabah Windpocken di sekolah Adna. Tak lama berselang, ternyata Adna badannya panas. Tidurnya juga gelisah. Mama melihat ada bintil-bintil merah di sekitar dahi dan kepala. Mama curiga jangan-jangan Adna kena Windpocken. Dan betul saja karena bintil-bintilnya bertambah. Terutama di bagian kepala, dahi, punggung, dan perut. Langsung deh telpon dokter untuk bikin termin. Tapi jawaban tempat prakter dokter Adna kurang memuaskan mama. Mereka bilang bahwa mereka tidak berkenan menerima kedatangan pasien WIndpocken. Dikarenakan ini penyakit yang sangat menular. Mereka akan terpaksa sekali menerima jika memang keadaannya parah. Jadi jika tidak begitu parah lebih baik di rumah dan beliau akan menuliskan resepnya dan untuk ditebus di apotek.

Adna mendapat obat berupa bedak dan lotion. Sebetulnya keduanya sama khasiatnya yaitu untuk mengurangi rasa gatel dan mengeringkan bintil-bintil yang pecah. HAri ketiga Bu dokter nelpon ke mama dan menanyakan kondisi Adna. Kebetulan Adna saat itu sudah mulai sehat. Dia sudah tidak panas meski bintil-bintilnya belum kering. Seminggu kemudian alhamdulillah semua bintil sudah keluar dan juga sudah kelihatan mengering. Mama bawa Adna ke dokter untuk memastikan kesembuhannya dan memintakan surat keterangan sehat untuk keperluan masuk ke kindergarten. Memang peraturan di sini jika seorang anak kena penyakit menular maka dia boleh masuk lagi jika punya surat keterangan sehat dari dokter.

Image hosting by Photobucket

Si ayah yang belum kena langsung cepat-cepat divaksin. Tapi ternyata virusnya sudah menyebar lebih dahulu. Sekarang ketika Adna sudah masuk sekolah, ayah gantian yang sakit. Tapi untungnya karena sudah divaksin itu sakitnya jadi tidak terlampau parah. Ayah dua hari sakit kepala dan demam kemudian baru keluar bintil-bintilnya. Hari pertama sakit bahkan ayah masih ke Hamburg untuk jemput eyang yang lagi di rumah Alishya. Eyang putri udah pernah kena, sedangkan eyang kakung masih lupa apakah beliau sudah kena apa belum. Kita berharap semoga semuanya sehat-sehat.

Thursday, January 26, 2006

Eyang datang

Bulan januari mungkin adalah bulan yang penuh dengan kebahagiaan. Adna baru mendapat adek keponakan dari Tante Ninuk dan Om Prio, namanya Alishya Salma Shabira. Kebetulan perempuan juga jadi Adna nanti bakalan punya teman bermain dapur-dapuran dan masak masakan deh. Sekeluarga kami menengok Alishya ke Hamburg-Harburg. Tentu saja selain acara menengok mama dan ayah bisa turut bersilaturahmi dengan teman lama. Apalagi Adna mendapat teman yang sangat mengasyikkan. Siapa lagi kalau bukan Shafiyya. Eh pulangnya ternyata banyak loh hal-hal dari Shafiyya yang ditiru Adna. Seperti Adna pengin banget jendela-jendelanya di beri gambar-gambar lucu seperti di rumah Shafiya. Dan sekarang Adna udah bisa ke toilet sendiri, katanya seperti Shafiyya. Padahal sebelumnya selalu minta ditemani mama atau ayah untuk menyalakan lampu dan membuka resleting celana. Sekarang semuanya dikerjakan sendiri oleh Adna. Paling kalau mau ke toilet hanya bilang aja ke mama, terus pergi sendiri dan mematikan lampunya lagi. Wah seneng juga, makasih yah kak Shafiyya.

Image hosting by Photobucket

Nah ternyata hari yang ditunggu-tunggu tiba. Eyang datang....! Eyang nyampai di Muenchen hari Rabu, 19 Januari. Adna tentu saja seneng. Apalagi waktu eyang ngasih oleh-oleh sepatu boot cantik yang selama ini memang menjadi idam-idaman Adna. Terus ada sepatu putih yang lucu, baju-baju. Terima kasih eyang. Dari Bude-bude di Jakarta Adna juga dapet bando dan DVD barbie. Eyang kakung juga membawa kaset lagu-lagu anak-anak dan film.

Adna tentu saja lengket sama eyang. Sampai-sampai Adna gak mau ke sekolah. Alasannya batuk, dan tentu saja untuk yang satu ini Adna beracting batuk-batuk supaya diijinkan tinggal di rumah. Adna mengeluarkan mainan-mainannya dan mengajak eyang untuk bermain. Seperti main memory atau masak-masakan. Eh iya sekarang Adna lagi gandrung berat dengan mainan schminken (merias). Wah tiap hari itu mata selalu diberi warna pink, ungu, orange terus pipinya juga dikasih yang ada kelip-kelipnya. Belum lagi bibir juga pake lipenstif. Boneka-boneka juga jadi sasaran schminkennya Adna. Bahkan kalau mama lagi duduk-duduk santai mama juga turut di schminken, wah mama jadi kayak ondel-ondel deh.

Image hosting by Photobucket

Kalau malam Adna minta diceritain buku-buku yang dibawa dari Indonesia oleh eyang. Dan Adna juga tidurnya untuk sementara dengan eyang. Untung Adna udah gak ngompol lagi, kan kasihan eyang kalau Adna ngompol. Terus yang lebih seru Adna dipotong pendek sama eyang kakung. Untuk yang satu ini Adna bangga dan cerita-cerita ke temennya di sekolah bahwa yang motong rambutnya adalah meine opa (kakek saya). Sayangnya keinginan Adna untuk maen ice skating sama eyang kakung tidak terlaksana. Eyang kakaung waktu itu lagi letih dan tentu saja masih belum nyaman dengan dinginnya udara luar yang mencapai minus 10.

Image hosting by Photobucket
Image hosting by Photobucket

Sekarang eyang lagi mengok dek Alishya ke Hamburg-Harburg. Semula Adna sedih sekali. Bahkan adna jadi gak selera makan dan penginnya tidur mulu. Untung sekarang Adna udah mau lagi ke sekolah dan tertawa-tawa lagi seperti semula. Tenang Adna, 3 minggu lagi eyang datang lagi.....

Eyang datang

Bulan januari mungkin adalah bulan yang penuh dengan kebahagiaan. Adna baru mendapat adek keponakan dari Tante Ninuk dan Om Prio, namanya Alishya Salma Shabira. Kebetulan perempuan juga jadi Adna nanti bakalan punya teman bermain dapur-dapuran dan masak masakan deh. Sekeluarga kami menengok Alishya ke Hamburg-Harburg. Tentu saja selain acara menengok mama dan ayah bisa turut bersilaturahmi dengan teman lama. Apalagi Adna mendapat teman yang sangat mengasyikkan. Siapa lagi kalau bukan Shafiyya. Eh pulangnya ternyata banyak loh hal-hal dari Shafiyya yang ditiru Adna. Seperti Adna pengin banget jendela-jendelanya di beri gambar-gambar lucu seperti di rumah Shafiya. Dan sekarang Adna udah bisa ke toilet sendiri, katanya seperti Shafiyya. Padahal sebelumnya selalu minta ditemani mama atau ayah untuk menyalakan lampu dan membuka resleting celana. Sekarang semuanya dikerjakan sendiri oleh Adna. Paling kalau mau ke toilet hanya bilang aja ke mama, terus pergi sendiri dan mematikan lampunya lagi. Wah seneng juga, makasih yah kak Shafiyya.

Image hosting by Photobucket

Nah ternyata hari yang ditunggu-tunggu tiba. Eyang datang....! Eyang nyampai di Muenchen hari Rabu, 19 Januari. Adna tentu saja seneng. Apalagi waktu eyang ngasih oleh-oleh sepatu boot cantik yang selama ini memang menjadi idam-idaman Adna. Terus ada sepatu putih yang lucu, baju-baju. Terima kasih eyang. Dari Bude-bude di Jakarta Adna juga dapet bando dan DVD barbie. Eyang kakung juga membawa kaset lagu-lagu anak-anak dan film.

Adna tentu saja lengket sama eyang. Sampai-sampai Adna gak mau ke sekolah. Alasannya batuk, dan tentu saja untuk yang satu ini Adna beracting batuk-batuk supaya diijinkan tinggal di rumah. Adna mengeluarkan mainan-mainannya dan mengajak eyang untuk bermain. Seperti main memory atau masak-masakan. Eh iya sekarang Adna lagi gandrung berat dengan mainan schminken (merias). Wah tiap hari itu mata selalu diberi warna pink, ungu, orange terus pipinya juga dikasih yang ada kelip-kelipnya. Belum lagi bibir juga pake lipenstif. Boneka-boneka juga jadi sasaran schminkennya Adna. Bahkan kalau mama lagi duduk-duduk santai mama juga turut di schminken, wah mama jadi kayak ondel-ondel deh.

Image hosting by Photobucket

Kalau malam Adna minta diceritain buku-buku yang dibawa dari Indonesia oleh eyang. Dan Adna juga tidurnya untuk sementara dengan eyang. Untung Adna udah gak ngompol lagi, kan kasihan eyang kalau Adna ngompol. Terus yang lebih seru Adna dipotong pendek sama eyang kakung. Untuk yang satu ini Adna bangga dan cerita-cerita ke temennya di sekolah bahwa yang motong rambutnya adalah meine opa (kakek saya). Sayangnya keinginan Adna untuk maen ice skating sama eyang kakung tidak terlaksana. Eyang kakaung waktu itu lagi letih dan tentu saja masih belum nyaman dengan dinginnya udara luar yang mencapai minus 10.

Image hosting by Photobucket
Image hosting by Photobucket

Sekarang eyang lagi mengok dek Alishya ke Hamburg-Harburg. Semula Adna sedih sekali. Bahkan adna jadi gak selera makan dan penginnya tidur mulu. Untung sekarang Adna udah mau lagi ke sekolah dan tertawa-tawa lagi seperti semula. Tenang Adna, 3 minggu lagi eyang datang lagi.....

Monday, January 02, 2006

Sepeda dan buku notes kecil

Kami memang tidak ingat lagi berapa lama sudah si kaleng kencleng tabungan Adna mulai berisi. Kadangkala kami underestimate dengan nilai di dalamnya karena yang kami masukkan pun sebagian besar uang logam kuning atau merah artinya hanya cent demi cent saja. Kalau pun ada uang euro logam itu pun tidak terlampau sering. Sehingga membuat kami tak ada yang semangat untuk cepat-cepat membukanya. Sampai suatu ketika kencleng itu sudah sangat penuh untuk dijejali lagi uang logam barulah dibuka.

Menghitung begitu banyak uang receh untung saja tidak sesulit yang dibayangkan. Kita bisa pergi ke Bank dan disana sudah tersedia mesin penghitung uang receh. Mesin yang bentuknya seperti ayakan itu mulai bergetar saat dinyalakan dan uang-uang logam itu pun berjatuhan. Ayah menduga-duga mungkin dengan sensor optis sehingga uang-uang itu bisa dideteksi dan dihitung. Karena ada juga koin mata uang lain yang berjatuhan namun tidak dihitung dan keluar lagi.

Lumayan juga tabungan si Adna sekitar 80 euro lebih. Tadinya kami simpan saja di tabungan Adna di Bank. Namun melihat Adna yang kepengen berat punya sepeda, akhirnya setelah dipikir-pikir agaknya tidak salah jika uang tabungan itu dibelikan sepeda. Beberapa kali saat musim flohmarkt tiba mama berusaha mencari-cari sepeda second yang masih layak pake. Namun rata-rata sepeda itu masih terlampau besar buat Adna. Sampai hari Sabtu kemarin, mata Adna tertumbuk pada sepeda super mungil yang cantik sekali. Oalah centil banget sepeda itu. Pink berbunga-bunga dan ada tulisan Barbie. Tentu saja Adna girang bukan main dan minta dibelikan. Ya sudah akhirnya mama dan ayah belikan dan tentu saja mama bilang bahwa uang untuk beli sepeda ini hasil dari tabungan Adna. Dan Adna harus nabung lagi, Adna mengangguk tanda setuju.

Jadilah sepeda itu menjadi penghuni baru di rumah kami. Karena musim salju keadaan jalan juga tidak nyaman untuk dipakai mainan sepeda-sepedaan. Apalagi Adna ternyata merasa risih banget kalau ada salju yang masih nempel di celananya. Katanya, "Ih....iggiiitt...mama,".Maklum kadang salju di jalan sudah bercampur dengan kerikil kerikil kecil yang ditaburkan orang untuk menghindari licin kadang kala karena sering dilalui sepatu salju-salju itu berubah warna yang tadinya putih seputih putihnya menjadi kecoklatan. Akhirnya Adna menurut kala mama bilang sebaiknya sepedanya jangan dipake keluar sampai musim dingin berakhir. Adna tentu saja senang banget bisa bersepedaan di dalam rumah. Untung saja rumah kami tak terlampau banyak barang sehingga si Adna bisa berkeliling.

Image hosted by Photobucket.com

Oiya, Adna juga sekarang punya buku notes juga loh. Pink pula, memang itu warna favorit Adna disamping 'hell blau' (biru muda). Itu pun setelah Adna melihat mbak Arin, anak seorang teman yang sudah berumur 7 tahun sering membawa-bawa buku diari dan menulis. Okelah Adna memang lagi seneng nulis, meski masih nulis itu-itu saja seperti nulis ADNA, AYAH, MAMA, MASHA, atau nama panjangnya yang disambung menjadi ADNAFATHANI. Tentu saja mama dan ayah yang harus mengejanya dan Adna yang menulis.

Sepeda dan buku notes kecil

Kami memang tidak ingat lagi berapa lama sudah si kaleng kencleng tabungan Adna mulai berisi. Kadangkala kami underestimate dengan nilai di dalamnya karena yang kami masukkan pun sebagian besar uang logam kuning atau merah artinya hanya cent demi cent saja. Kalau pun ada uang euro logam itu pun tidak terlampau sering. Sehingga membuat kami tak ada yang semangat untuk cepat-cepat membukanya. Sampai suatu ketika kencleng itu sudah sangat penuh untuk dijejali lagi uang logam barulah dibuka.

Menghitung begitu banyak uang receh untung saja tidak sesulit yang dibayangkan. Kita bisa pergi ke Bank dan disana sudah tersedia mesin penghitung uang receh. Mesin yang bentuknya seperti ayakan itu mulai bergetar saat dinyalakan dan uang-uang logam itu pun berjatuhan. Ayah menduga-duga mungkin dengan sensor optis sehingga uang-uang itu bisa dideteksi dan dihitung. Karena ada juga koin mata uang lain yang berjatuhan namun tidak dihitung dan keluar lagi.

Lumayan juga tabungan si Adna sekitar 80 euro lebih. Tadinya kami simpan saja di tabungan Adna di Bank. Namun melihat Adna yang kepengen berat punya sepeda, akhirnya setelah dipikir-pikir agaknya tidak salah jika uang tabungan itu dibelikan sepeda. Beberapa kali saat musim flohmarkt tiba mama berusaha mencari-cari sepeda second yang masih layak pake. Namun rata-rata sepeda itu masih terlampau besar buat Adna. Sampai hari Sabtu kemarin, mata Adna tertumbuk pada sepeda super mungil yang cantik sekali. Oalah centil banget sepeda itu. Pink berbunga-bunga dan ada tulisan Barbie. Tentu saja Adna girang bukan main dan minta dibelikan. Ya sudah akhirnya mama dan ayah belikan dan tentu saja mama bilang bahwa uang untuk beli sepeda ini hasil dari tabungan Adna. Dan Adna harus nabung lagi, Adna mengangguk tanda setuju.

Jadilah sepeda itu menjadi penghuni baru di rumah kami. Karena musim salju keadaan jalan juga tidak nyaman untuk dipakai mainan sepeda-sepedaan. Apalagi Adna ternyata merasa risih banget kalau ada salju yang masih nempel di celananya. Katanya, "Ih....iggiiitt...mama,".Maklum kadang salju di jalan sudah bercampur dengan kerikil kerikil kecil yang ditaburkan orang untuk menghindari licin kadang kala karena sering dilalui sepatu salju-salju itu berubah warna yang tadinya putih seputih putihnya menjadi kecoklatan. Akhirnya Adna menurut kala mama bilang sebaiknya sepedanya jangan dipake keluar sampai musim dingin berakhir. Adna tentu saja senang banget bisa bersepedaan di dalam rumah. Untung saja rumah kami tak terlampau banyak barang sehingga si Adna bisa berkeliling.

Image hosted by Photobucket.com

Oiya, Adna juga sekarang punya buku notes juga loh. Pink pula, memang itu warna favorit Adna disamping 'hell blau' (biru muda). Itu pun setelah Adna melihat mbak Arin, anak seorang teman yang sudah berumur 7 tahun sering membawa-bawa buku diari dan menulis. Okelah Adna memang lagi seneng nulis, meski masih nulis itu-itu saja seperti nulis ADNA, AYAH, MAMA, MASHA, atau nama panjangnya yang disambung menjadi ADNAFATHANI. Tentu saja mama dan ayah yang harus mengejanya dan Adna yang menulis.