Monday, January 02, 2006

Sepeda dan buku notes kecil

Kami memang tidak ingat lagi berapa lama sudah si kaleng kencleng tabungan Adna mulai berisi. Kadangkala kami underestimate dengan nilai di dalamnya karena yang kami masukkan pun sebagian besar uang logam kuning atau merah artinya hanya cent demi cent saja. Kalau pun ada uang euro logam itu pun tidak terlampau sering. Sehingga membuat kami tak ada yang semangat untuk cepat-cepat membukanya. Sampai suatu ketika kencleng itu sudah sangat penuh untuk dijejali lagi uang logam barulah dibuka.

Menghitung begitu banyak uang receh untung saja tidak sesulit yang dibayangkan. Kita bisa pergi ke Bank dan disana sudah tersedia mesin penghitung uang receh. Mesin yang bentuknya seperti ayakan itu mulai bergetar saat dinyalakan dan uang-uang logam itu pun berjatuhan. Ayah menduga-duga mungkin dengan sensor optis sehingga uang-uang itu bisa dideteksi dan dihitung. Karena ada juga koin mata uang lain yang berjatuhan namun tidak dihitung dan keluar lagi.

Lumayan juga tabungan si Adna sekitar 80 euro lebih. Tadinya kami simpan saja di tabungan Adna di Bank. Namun melihat Adna yang kepengen berat punya sepeda, akhirnya setelah dipikir-pikir agaknya tidak salah jika uang tabungan itu dibelikan sepeda. Beberapa kali saat musim flohmarkt tiba mama berusaha mencari-cari sepeda second yang masih layak pake. Namun rata-rata sepeda itu masih terlampau besar buat Adna. Sampai hari Sabtu kemarin, mata Adna tertumbuk pada sepeda super mungil yang cantik sekali. Oalah centil banget sepeda itu. Pink berbunga-bunga dan ada tulisan Barbie. Tentu saja Adna girang bukan main dan minta dibelikan. Ya sudah akhirnya mama dan ayah belikan dan tentu saja mama bilang bahwa uang untuk beli sepeda ini hasil dari tabungan Adna. Dan Adna harus nabung lagi, Adna mengangguk tanda setuju.

Jadilah sepeda itu menjadi penghuni baru di rumah kami. Karena musim salju keadaan jalan juga tidak nyaman untuk dipakai mainan sepeda-sepedaan. Apalagi Adna ternyata merasa risih banget kalau ada salju yang masih nempel di celananya. Katanya, "Ih....iggiiitt...mama,".Maklum kadang salju di jalan sudah bercampur dengan kerikil kerikil kecil yang ditaburkan orang untuk menghindari licin kadang kala karena sering dilalui sepatu salju-salju itu berubah warna yang tadinya putih seputih putihnya menjadi kecoklatan. Akhirnya Adna menurut kala mama bilang sebaiknya sepedanya jangan dipake keluar sampai musim dingin berakhir. Adna tentu saja senang banget bisa bersepedaan di dalam rumah. Untung saja rumah kami tak terlampau banyak barang sehingga si Adna bisa berkeliling.

Image hosted by Photobucket.com

Oiya, Adna juga sekarang punya buku notes juga loh. Pink pula, memang itu warna favorit Adna disamping 'hell blau' (biru muda). Itu pun setelah Adna melihat mbak Arin, anak seorang teman yang sudah berumur 7 tahun sering membawa-bawa buku diari dan menulis. Okelah Adna memang lagi seneng nulis, meski masih nulis itu-itu saja seperti nulis ADNA, AYAH, MAMA, MASHA, atau nama panjangnya yang disambung menjadi ADNAFATHANI. Tentu saja mama dan ayah yang harus mengejanya dan Adna yang menulis.

No comments: