Saturday, January 08, 2005

Ketika Adna mengamuk

Kemarin kami pergi jalan-jalan ke Marientplatz bersama keluarga Tante Echa dan Tante Ninuk. Om Prio masih jaga di Ostbahnof untuk mengumpulkan dana korban tsunami. Kakak Masha tentu saja sudah berjalan sendiri sedangkan Adna masih duduk di buggy dan adek Ra di kinderwagen. Cuaca alhamdulillah cerah dan temperatur masih berkisar 7 derajat. Mama dan Tante Echa sedang mencari-cari kaos tangan winter untuk adek Ra dan Adna. Kaus tangan Adna kebetulan terjatuh satu padahal musim dingin masih sampai februari. Meskipun beberapa hari ini seolah-olah 'winter' sudah berlalu dan berganti 'frühling (musim semi)'namun dikhawatirkan nanti salju akan datang lagi.

Di toko-toko sedang digelar berbagai kostum untuk pesta 'Fasching' yaitu pesta kostum untuk mengusir winter dan memanggil Frühling. Mama tak lupa membeli sebuah mahkota untuk Adna. Siapa tahu Adna ingin sekali memakai kostum Prinzessin saat Fasching nanti di sekolah. Tapi rupanya Adna sudah tak sabar untuk memakai mahkotanya sekarang juga sehingga sepanjang jalan mahkota tersebut sudah bertengger di kepala mama. Adna tak peduli dengan lirikan atau senyuman orang-orang di sekitar.

Kami sebetulnya akan pergi mengunjungi Zubia setelah Kak Masha nonton film 3D di Imax. Adna sebetulnya ingin juga ikut tapi kata Mama pertunjukkan filmnya hanya untuk anak di atas 4 tahun. Setelah Kak Masha selesai menonton kami mampir ke sebuah supermarket. Ketika Mama sedang memilih barang yang hendak dibeli Adna dengan enaknya meraih permen coklat berwarna warni yang ditaruh di tabung. Mama tidak setuju Adna mengambil permen itu karena di rumah pun masih ada permen serupa dan masih cukup banyak. Semula Adna tetap tidak ingin mengembalikannya. Setelah Mama lelah membujuk akhirnya permen itu Mama ambil dari tangan Adna dan dikembalikan ke rak lalu segera membawa Adna ke luar. Adna menjerit-jerit keras apalagi ketika melihat sesuatu di dekat kasir teriakan Adna semakin hebat. Mama berpikir Adna ingin permen cup a cup juga maka mama pun tetap tidak mengijinkan. Adna meronta-ronta dan dengan sekuat tenaga mama taruh Adna di buggy-nya. Belum pernah Adna menjerit-jerit sehebat ini. Mama terus berusaha berdialog dengan Adna, namun Adna masih juga belum mau berhenti menangis. Baru setelah hampir setengah jam Adna meredakan tangisnya itu pun setelah digendong dan dialihkan perhatiannya ke gambar-gambar yang dilukiskan di dinding stasiun bawah tanah.

1 comment:

dyka said...

waduh ngamuk ya tante adnanya..sabar yaaa..insya allah kalo didisiplinkan demikian kapan kapan adna pasti mengerti :)...hihihi kebayang banget gimana ngamuknya ni :)..btw..selamat berakhir pekan ya keluarga di muenchen

*)Iin