Sunday, July 09, 2006

Di penghujung World Cup

Waktu sebulan rasanya begitu cepat. Setelah satu persatu kesebelasan berguguran termasuk kesebelasan Jerman (Hiks..!), akhirnya masuk ke ajang final adalah Itali dan Prancis. Kekalahan dramatis Jerman oleh Itali agaknya sudah dikhawatirkan sejak awal. Beerapa jam menjelang pertandingan Itali-Jerman kemaren suasana tampak lengang. Tampaknya orang-orang sudah bersiap-siap di depan tivi masing-masing. Tentu saja orang-orang bule suka sekali ngemil sambil nonton. Tak heran di supermarket-supermarket tersedia satu set cemilan yang terdiri dari kentang chips, popocorn, kue asin batang, dan aneka snack lainnya yang dibungkus dalam plastik besar. Belum lagi aneka set coklat. Pantesan jika ada orang bule kerajinan nonton biasanya badannya jadi subur-subur alias gemuk. Kita sekeluarga di rumah juga nonton bersama. Sepulang ayah dari kantor kita sudah sama-sama nongkrong di depan TV meski tanpa cemilan tapi kita tetap menikmati.

Sayangnya pas pertandingan itu Adna sedang sakit. Adna badannya panas dan pusing-pusing sejak dua hari yang lalu. Sakitnya Adna disebabkan karena vaksin MMR yang diberikan dokter 2 minggu lalu. Memang Ibu dokter sudah memperingatkan kalau nanti anak bakalan sakit. Dan untuk meringankan sakitnya diberikan paracetamol. Namun panasnya memang bandel, jadi begitu 6 jam setelah pemberian Paracetamol suhu badan Adna kembali naik ke kisaran 39°C. Telapak tangan, kaki, dan bagian muka sedikit juga keluar merah-merah dan terasa gatal. Semula Mama khawatir dengan virus rubella yang sedang dilawan Adna di tubuhnya, takutnya si kuman ini iseng tamasya ke luar tubuh Adna dan bersarang di badan Mama. Wah, ini kan bisa bahaya bagi si calon 'dedek'.

Mama segera mencari tahu riwayat kesehatan Mama di buku 'catatan ibu' (Mutterpass). Dari hasil pemeriksaan HAH-Röteln-Test dulu diketahui titer mama : 1:16 jadi Insya Allah di tubuh mama sudah ada antibodi (pernah terinfeksi di masa lampau) yang cukup melawan virus rubella yang masuk. Dan katanya aman juga jika harus berdekatan dengan anak yang sedang sakit Campak Jerman.
Kembali ke topik Jerman-Itali, akhirnya memang di detik-detik terakhir perpanjangan waktu Ballack cs harus menyerahkan kemenangan pada Itali. Sedih tentu saja, karena publik maupun pemain Jerman sendiri sudah bermimpi memboyong Piala Dunia 2006. Setelah itu satu hari memang menjadi hari bersedih. Bahkan Jürgen Klinsmann di konferensi Pers tanpak matanya sedikit berkaca-kaca. Duh, gimana ya rasanya....?


Sommerfest Bola di Kindergarten

Photobucket - Video and Image Hosting

Demam bola terasa juga gaungnya di TK-nya Adna. Meski hari itu diwarnai dengan mendung bahkan pagi sampai siang hujan deras, Sommerfest atau pesta musim panas tetap diadakan. Stand-stand makanan dan permainan sudah dipersiapkan sejak pagi. Dekorasi bola maupun bendera-bendera negara juga berkibar-kibar. Sommerfest dibuka dengan dikumandangkannya lagu kebangsaan Jerman yang diiringi dengan berjalannya anak-anak sambil mengibarkan bendera-bendera. Bendera itu adalah hasil prakarya mereka sendiri.

Terus dilanjutkan dengan permainan tarian oleh anak-anak yang besar. Dan setelahnya pemberian penghargaan pada para orangtua yang sudah berpartisipasi jadi panitya sommerfest maupun acara-acara lain. Dan dimulailah sommerfest dengan segala permainan. Tentu saja permainannya bertema bola. Dari mulai main penalti-penaltian, bermain bola dengan cara menghembuskan bola kecil ke gawang lawan masing-masing, menendang bola ke gawang tertutup dan hanya ada dua lubang, kuiz bola, lottere, menggambar bendera di wajah, dll. Tapi tak satu pun yang menarik perhatian Adna. Dia malah asyik main di taman dengan anak-anak lain. Eh, ternyata ayah datang juga. Terimakasih Ayah. PAdahal sebetulnya ayah gak dateng juga gak apa-apa karena toh acaranya cuma begitu. Jadi si ayah bela-belain mengurangi jam kerjanya untuk datang. Tapi yah di lain waktu harus dibayar lagi utang waktunya itu.


Nonton pertandingan terakhir Jerman-Portugal

Kemarin setelah dikompori temen untuk lihat-lihat diskonan barang-barang World Cup di sebuah mall, kami pergi semua ke sana. Memang sudah ada beberapa barang yang diobral misalnya T-Shirt-T-Shirt. Tapi T-Shirtnya kurang menarik. Sedangkan untuk baju keebelasan bola (Trikot) ada yang didiskon hingga 50% tapi kebetulan diantara trikot-trikot itu gak ada yang memenuhi selera. Ayah ingin kaos Prancis, tentu saja itu belum di diskon. Baju trikot anak-anak juga tinggal yang Brasil dengan warna kaos kuning dan celana pendek biru, wah kayaknya gak cocok tuh dipake di Adna.

Boneka-boneka Goleo juga seperti biasa sudah di diskon 50%, Mama kan sudah beli yang ukuran menengah di suermarket lain dengan harga yang sama. Adna sendiri gak gitu suka boneka Goleo, jadi ini mah memang Mama yang suka. Paling enggak kan buat kenang-kenangan.

Berhubung jarak Mal itu dengan Olympiapark tempat Fan Fest gak jauh maka kita akhirnya memutuskan untuk pergi ke sana. Paling tidak itung-itung merasakan atmospher bola yang terakhir. Yang kayaknya untuk selanjutnya kemungkinan nihil deh menyaksikan atmospher kayak begini. Udah World Cup 4 tahun sekali, dan kayaknya digelar lagi di Jerman entah tahun berapa lagi (entah kita masih tinggal di sini lagi apa enggak), atau mengharap diadain di Indonesia (mimpi kali ye).

Photobucket - Video and Image Hosting


Wah sayangnya nyampe di Fan Fest hanya berselang satu jam sebelum pertandingan. Dan tumbennya masih bisa masuk. Kayaknya orang-orang banyak yang udah gak semangat menyaksikan pertandingan yang istilahnya sebetulnya cuma 'hiburan'. Meski kami bisa masuk tapi gak menjamin dapat tempat yang nyaman. AKhirnya kita dapat tempat di dataran tinggi tapi pemandangan ke screen lebarnya itu dari samping dan kehalangan ranting-ranting pohon. Meski untungnya masih ada sebagian besar layar yang masih bisa kita lihat. Memang screennya canggih, gambarnya jernih banget. Ini jauh berbeda pas kita bandingin dengan TV plasma lain yang terpampang di bagian lain Olympiapark, wah memang Philips oke punya.

Orang-orang rata-rata membawa bir yang diwadahi di gelas plastik. Dari yang ukurannya 300 ml sampai yang satu liter. Itu gelasnya kayak ceret plastik wadah sirup di Indonesia yang biasanya untuk minum rame-rame. Yah lumayan kita bisa menikmati hiburan gratis, jadi nostalgia saat-saat di Indonesia nonton layar tancap. ADna tentu saja gak tertarik nonton ke screen, dia asyik bermain bersama NAqisha. Untung tadi sempat beli alas duduk di Mal, jadi Adna dan Naqisha bisa tidur-tiduran pake alas.

Photobucket - Video and Image Hosting

Baru 20 menit pertandingan dimulai, NAqisha udah ngantuk. Akhirnya kita semua merencanakan pulang saja dan dilanjutkan nonton di rumah. Namun ternyata perjalanan dari Olympiapark ke rumah agak lama juga, mana mesti ngambil barang-barang belanjaan di rumah NAqisha dulu. AKhirnya sampai di rumah pertandingan sudah tinggal 5 menit lagi. Dan untungnya sudah 3-1 untuk Jerman. Yah sudahlah....Eh ternyata si Adna kulitnya gatel-gatel lagi. Ya ampun apa karena duduk di atas rumput ya? padahal bukannya udah pake alas? Jadinya si adna rewel dan dikasih dispensasi tidur di kamar kita deh.

Eh iya, nanti malam adalah pertandingan final. Setelah itu sudah tidak ada pertandingan lagi. Temen-temen sesama ibu rupanya diam-diam merasa kehilangan momen ini. Banyak diantara mereka yang bilang bahwa hari-hari tanpa pertandingan bola kayaknya menjadi sepi. Iya waktu jeda antara pertandingan semifinal kan rasanya memang sepi karena gak ada yang ditunggu-tunggu.

Yah sudah, kita tunggu saja 4 tahun lagi. Moga masih diberi umur panjang.

No comments: