Monday, March 05, 2007

Bintang kami telah lahir

Sudah lama sekali blog ini kosong. Yah....apalagi sekarang kesibukan keluarga kami bertambah dengan kelahiran anggota baru yang super imut yaitu adek Adam. Nama lengkapnya Adamizar Fadhlan Estananto. Adamizar berasal dari dua kata yaitu Adam dan Mizar. Adam mengingatkan kita pada nabi sekaligus orang pertama di bumi sedangkan Mizar diambil dari nama salah satu bintang digugusan bintang utara.

Photobucket - Video and Image Hosting


Kenapa kok diberi nama bintang? ceritanya waktu mama hamil 4 bulan dapet mimpi melihat bintang-bintang yang bertaburan di angkasa. Mama kebetulan memang suka sekali melihat bintang. Namun tiba-tiba ada satu benda langit berwarna merah yang menerangi langit. Mama waktu itu merasa sangat ketakutan dan terbangunlah dari mimpi. Mama baru ingat bahwa benda langit merah itu adalah nebula yang bentuknya seperti mawar dan ketika dicari-cari di internet itu adalah Cat Eyes Nebula karena bentuknya juga menyerupai mata kucing. Dan nebula sendiri merupakan tempat lahir dan kembalinya bintang. Yah semoga Adam kelak mempunyai karakter seperti bintang yang bercahaya dan Mizar yang merupakan anggota rasi bintang utara adalah rasi bintang penunjuk arah dan begitu pula Adam nanti ketika dewasa dapat mengetahui arah hidupnya yang benar dan bisa pula memberi arahan bagi orang lain. Amin. Fadhlan sendiri diambil dari surat An-Nur yang artinya karunia sama juga dengan nama belakang nama Mbak Adna yaitu Fathani juga diambil dari surat An-Nur.

Photobucket - Video and Image Hosting


Gimana sih proses kelahiran Adam? gini ceritanya :

Tanggal 22 Desember 2006

Mama ke dokter untuk cek terakhir sebelum si dokter liburan natal dan tahun baru. Kata beliau mulut rahim mama sudah pembukaan 1 cm. Wah mama seneng sekali, dan berharap semoga tak lama lagi si baby sudah cepat nongol


Tanggal 26 Desember 2006

Nah tanggal ini paling dag dig dug. Karena menurut perhitungan kalendar si baby akan lahir di tanggal ini. Tapi kok belum ada tanda-tanda ya. Mama cek langsung ke RS Harlaching tapi memang dari hasil ctg jantung baby masih normal dan kontraksi masih sangat lemah. Dan karena sudah lebih dari due date maka mama diharuskan kontrol ke RS tiap 2 hari sekali.

Tanggal 28 Desember 2006

Kembali mama ke RS Harlaching. Kali ini mama sudah mengira bahwa pasti akan disuruh pulang lagi oleh dokter, karena memang kontraksi belum ada. Sebetulnya sejak masuk minggu ke 35 perut mama suka tiba-tiba mengeras dan sakit. Itu katanya adalah pertanda kontraksi. Tapi yah masih timbul dan hilang. Dan benar hasil ctg kali ini bahkan kontraksi tidak ada sama sekali

Tanggal 30 Desember 2006

Ctg lagi...ctg lagi...dan hasilnya masih belum juga. Mama mulai cemas bercampur kasihan ke mbak Adna yang harus ikut bolak balik juga ke RS, apalagi ayah juga sudah ambil cuti sejak tanggal 26. Untungnya mbak Adna gak bosen. Dia bawa puzzle dan main di sisi mama yang terbaring untuk di CTG.


Tanggal 1 Januari 2007

Akhirnya mama masih diberi kesempatan yang kuasa untuk melihat perayaan tahun baru. Wah perayaan tahun baru 2007 adalah perayaan termeriah semenjak kedatangan kita ke Jerman. Maklum biasanya pas tahun baru selalu diliputi salju dan dingin udara yang menggigit. Dan kebetulan tahun ini memang cuaca agak aneh. Jika tahun lalu salju datang mengganas hingga 1 meter, maka sekarang salju turun hanya dalam hitungan hari setelah itu kembali mencair. Maka perayaan tahun baru dilalui dalam suhu yang terbilang 'hangat' untuk musim dingin. Ayah membangunkan mama tepat jam 0.00 untuk menyaksikan pesta kembang api dari balkon apartemen. Wah indah sekali. Tapi esoknya kembali kami ke RS. Wah mama benar-benar sudah makin cemas dengan keterlambatan ini. Akhirnya setelah di-CTG lagi mama memberanikan diri bilang kalau mama ingin cepat-cepat melahirkan. Akhirnya dokter sepakat untuk memberikan jadwal induksi besok tanggal 2 januari. Wah bisa barengan nih ultahnya sama Alishya. Tapi ketika kami baru saja hendak keluar pintu seorang suster tergopoh-gopoh memanggil mama dan bilang kalau sebaiknya jadwal induksi tanggal 3 saja mengingat tanggal 2 sudah penuh pasien.


Tanggal 2 januari 2007

Karena besok akan diinduksi yang berarti akan melahirkan, maka mama menyempatkan diri untuk masak berbagai makanan. Rencananya makanan ini akan dibekukan supaya ketika mama pulang dari RS tak perlu repot masak. Waktu itu mama masak ati ayam bumbu tauco, ayam ungkep, dan gepuk. Tak terasa hari sudah malam dan setelah kecapekan masak, mama pergi tidur bareng mbak Adna. Mama seperti biasa membacakan buku cerita.

Jam 10.30 malam ketika mama terbangun mama ngerasa ada sesuatu yang aneh mengalir di celana dalam. Dan betapa terkejutnya ada cairan yang lengket nembus sampai ke seprei. Waduh mamasegera ke kamar mandi, tapi setiap melangkah cairan itu mengalir lebih deras. Apakah ini cairan ketuban? Warnanya kekuning kuningan dan keruh. MAma cepat mengambil pembalut yang langsung basah dan cepat-cepat mama ganti pembalut yang lain. Mama segera memberi tahu ayah kalau cairan ketuban sudah pecah. Ayah yang kebetulan masih membuka internet segera menelpon Om Ahya untuk membawa Adna ke rumah Tante Ina. Mama segera berganti baju dan memakai swater,maklum udara di luar masih dingin sekali. Mama cemas sekali takut kalau terlambat ke RS maka si baby akan kekeringan. Untung 10 menit kemudian om Ahya sudah datang dan membawa Adna ke rumah Dara (bukan ke rumah Tante Ina).Mama dan ayah segera membawa koper dan memanggil taxi.

Sampai di RS sekitar jam 11 malam dan langsung ke kreisal (delivery room). KAmi disambut oleh seorang bidan yang bernama Barbara Gabriel. Mama bilang kalau ketuban sudah pecah, dia tampak biasa saja dan mempersilahkan mama untuk di CTG terlebih dulu. Mama merasa heran mengapa harus di CTG lagi,bagaimana kalau baby-nya kekeringan?. Dan perlahan-lahan kontraksi mulai datang dan sangat keras. Setiap kontraksi datang mama memeluk ayah keras-keras sambil berdiri. Rasanya untuk duduk malah tambah sakit seperti ditusuk-tusuk. Gabriel ini menawarkan mama untuk dibersihkan isi perut dengan memasukkan selang yang ujungnya ada cairan putih ke liang dubur. Mama pasrah dan mengikuti perintahnya. Ketika selang itu dimasukkan dan cairan putih itu dipompakan rasanya kok usus seperti penuh. Beberapa menit kemudian kontraksi datang. Gabriel bilang kalau kontraksi datang segera ke toilet, namun boro-boro untuk melangkah ke toilet karena kontraksi yang keras itu datang membuat mama tak kuasa melangkah. Sambil memeluk ayah, kotoran perut muncrat dan mengotori celana mama. Wah bau sekali. Rasanya mama pengen nangis sekali. Ketika gelombang kontraksi berikutnya datang mama sudah di toilet tapi sekali lagi mama gak bisa duduk di kloset karena kontraksinya sakit sekali. Dan kotorannya sekali lagi berantakan .

Lewat jam 12 malam kontraksi makin sering sepertinya 3 menitan. Mama sudah kepengin segera berendam di kolam air hangat seperti waktu melahirkan Adna. Tapi mbak Gabriel bilang air ketuban sudah kehijauan jadi jika berendam malah membuat baby-nya stress.

Tanggal 3 Januari 2007

Saat itu menunjukkan pukul 2 dinihari mama diajak ke kreisal atau ruang melahirkan. Semula mama memang hanya ditempatkan di kamar biasa. DI ruang melahirkan ini sudah tersedia berbagai alat untuk menunjang melahirkan seperti tempat duduk yang melengkung dengan besi di kanan kiri yang juga melengkung untuk pegangan. Atau kain panjang yang tertancap dari langit-langit gunanya untuk ibu-ibu yang memilih untuk melahirkan sambil berdiri dan memegangi kain itu. Lalu ada tentunya tempat tidur dan diatas tempat tidur ada lampu operasi. Suasana ruangan dibiarkan hanya diterangi lampu temaram.

Kontraksi keras itu kembali datang dan mama bersimpuh di lantai sambil memeluk ayah. Gabriel memberikan mama alas matras. Pokoknya selama kontraksi mama selalu memeluk si Ayah sampai-sampai kacamata si Ayah copot-copot gara-gara kepala mama seradak seruduk. Abisnya memang sakit sekali dan rasanya dengan kepala yang diserudukkan ke dada ayah agak lebih terkompensasikan rasa sakitnya.

Kemudian Gabriel menyuruh Mama untuk naik ke tempat tidur saja. Mama pun pasrah naik ke tempat tidur dan merasakan kontraksi tanpa memeluk ayah karena gak mungkin ayah ikutan naik ke tempat tidur, paling tangan ayah yang mama pegang kuat-kuat kala kontraksi kembali datang.

Sekitar pukul 3 dinihari pembukaan sudah sempurna, dan sekarang setiap datang kontraksi rasa pengen pubnya lebih keras. Sebelumnya memang juga ada keinginan seperti pub tapi kurang terlalu keras. Maka dengan sekuat tenaga Mama mendorong si baby. Tapi kok susah sekali. Hingga mama kehabisan tenaga. Kemudian datang dokter muda bernama Nadin Thilo yang membantu Gabriel menangani mama. Mama disuruh dalam posisi menyamping kanan lalu menyamping kiri. Semua sia-sia bahkan kaki kiri mama jadi kesemutan luar biasa manakala mencoba melahirkan dengan posisi itu.

Dokter Thilo lalu mencoba mengambil kain panjang dan dililitkan ke perut mama. Ketika kontraksi datang dan mama mengejan dia mengencangkan kain itu mungkin mencoba supaya baby-nya tertekan keluar. Atau dengan siku tangannya menekan perut mama, sekali lagi si baby masih tetap susah sekali keluar. Dan perlahan--lahan kontraksi makin melemah dan mama tampak tak berdaya.

Gabriel akhirnya bilang bahwa tampaknya jalan satu-satunya adalah dengan alat vakum. Lalu Dia mulai memasang kuda-kuda untuk tatakan kaki. Dengan demikian mulut rahim terbuka lebih lebar. Dokter kepala (yang mengepalai dokter-dokter yang bertugas hari itu) datang namanya dokter Glous. Beliau datang sambil membawa alat vakum. Alat-alat itu dipasangkan dikepala bayi. Rasanya saat itu vagina mama semakin terbuka lebar-lebar bahkan rasanya terbuka hingga ke anus. Gabriel menenangkan mama dengan bilang bahwa dengan alat vakum maka akan berakhirlah penderitaan mama.

Namun mengejan pertama baby masih belum juga keluar. Demikian pula berikutnya. Mama sampai nangis-nangis karena gak tahan sakit. Akhirnya ketika mama mengejan terakhir kali dengan sekuat tenaga sambil kanan kiri bahu mama dipegangi dokter Thilo dan ayah mama menangis dan menjerit keras-keras barulah kemudian si baby kelur.

Alhamdulillah, mama melihat baby dengan wajah dan badan berlumuran lemak dan darah di tangan dokter Glous pada pukul 4.45. Baby ini sekitar 5 menitan di pegangi sang dokter semua mata tampak puas. lalu baby Adam diserahkan ke mama. Lega sekali akhirnya mama bisa memeluk Adam. Tapi ternyata penderitaan belum berakhir. Kontraksi untuk mengeluarkan plasenta gak kunjung datang. Dokter Thillo dan Gabriel mulai tampak panik apalagi mama. Gabriel bilang jika kontraksi tidak datang, maka plasenta akan dikeluarkan manual dengan tangan alias dirogoh. Waduh, betapa ternyata penderitaan belum berakhir. Baby Adam digendong ayah karena mama bersiap-siap untuk mengeluarkan plasenta.

Dokter Glous datang lagi. Sambil menarik napas panjang beliau bilang perlahan-lahan, " Anda akan dibius lagi ya". Sekali lagi mama hanya bisa mengangguk lemah. Sementara dokter Thillo menyiapkan obat bius dokter Glous memijat-mijat rahim mama, dan tiba-tiba kontraksi datang pelan dan mama mengejan lagi akhirnya meski pelan berhasil mengeluarkan plasenta yang bagaikan segumpal hati besar. " Oke, bius tidak usah dilaksanan" seru dokter Glous sambil memegang gumpalan plasenta. Ah...ya maha besar Engkau ya Allah....akhirnya semua proses persalinan telah selesai.

Tinggal sentuhan terakhir yaitu penjahitan. Dokter Thillo menjahit mama. Sementara itu baby Adam ditimbang dan diukur panjangnya. Subhanallah ternyata beratnya 3690 gram dengan panjang 53 cm besar sekali!. Benar-benar Samson deh si Adam. Setelah proses menjahit selesai, dokter Thillo kembali memeriksa kepala Adam, karena proses persalinan dengan vakum tentu saja beresiko terhadap otak baby. Tapi syukur alhamdulillah adam baik-baik saja.

Photobucket - Video and Image Hosting

Jam menunjukkan pukul 5 pagi dan mama masih dibiarkan di ruang Kreisal untuk diobservasi apakah ada pendarahan lanjutan apa tidak sambil menunggu kamar perawatan kosong. Gabriel mengucapkan selamat dan salam perpisahan. Dia menyesal bahwa tadi dia memaksakan mama untuk lahir tanpa bantuan vakum padahal sebelumnya ayah sudah menjelaskan bahwa mama melahirkan anak pertama pun pakai jalan vakum. Yah bagaimana lagi mama hanya tersenyum sambil bilang yah keine problem! Toh segalanya sudah terjadi dan yang terpenting baby Adam sudah datang meski orang Jerman bilang "Das war schwer Geburt...!"

Jam 7 pagi mama yang masih di tempat tidur didorong menuju ke kamar rawat inap (station). Sepanjang jalan yang mama lalui suster-suster yang tampak segar itu memberikan mama selamat, " Herzliche Glückwunsch!". Yah lega sekali, dan mama ditempatkan di kamar 109 bersama seorang ibu lain yang berasal dari Rusia. Untung saja mama ditempatkan di kamar yang hanya untuk 2 orang jadi tidak telampau sesak.

Tubuh mama masih terasa letih dan pusing sekali saat sarapan datang. Mama samasekali tak berselera menyantap roti-roti itu. Untung oleh ayah mama disuapin sereal. Ketika mama ke kamar mandi yang dibantu suster sekilas mama memandang wajah di cermin, Wuih pucet seperti mayat. Bibir mama juga putih dan telapak tangan juga putih pucat. HB mama ternyata turun drastis hingga hanya 6,8.

Sorenya Adna datang dijemput ayah bareng Dara dan Om Ridwan. Adna semula malu-malu untuk mendekat ke mama manakala melihat mama pegang baby. Tapi mama mengajak Adna mendekat dan bilang bahwa baby yang di perut Mama sudah keluar.

4 Hari kemudian, Mama bersiap-siap pulang. Memang mama sudah tidak betah berada di RS. Tadinya dokter melarang mama pulang karena HB yang masih terlalu rendah. Tapi Mama memaksa pulang. Akhirnya mama diijinkan pulang dengan catatan tidak boleh menggendong bayi dulu, karena HB yang rendah bisa menyebabkan pusing tiba-tiba dan tiu berbahaya jika sedang menggendong baby.

Nah...mama,ayah,adna,dan baby pulang naik taksi. Welcome Home baby Adam!

No comments: