Friday, January 02, 2009

Merubah jarum jam

Masih ingat betapa tak terbayangkan dengan akal saya ketika baru pertama kali menginjakkan kaki di jerman bahwa kita manusia bisa dengan mudahnya memundurkan atau memajukan jarum jam atas nama Winter/Sommer zeit (Saving daylight). Dan ketika hari ini kami kembali berjalan-jalan di Bandung dan menapaki jalan demi jalan yang begitu lekat di benak kami, rasanya bagaikan memutar kembali jarum jam itu. Sepertinya kami baru lulus dari kampus Ganesha kemudian mencari-cari kesempatan untuk menjadi seorang profesional. Yang membuat kami tersadar bahwa kami sekarang berbeda adalah keberadaan anak-anak kami. Dan disitulah kami juga sadar bahwa waktu tak kembali dia terus maju.

Adna baru bisa masuk sekolah tanggal 12 januari karena sekarang sedang libur semesteran. Dia hanya berpesan pada kami untuk mencarikan sekolah yang besar seperti di Suzhou. Untungnya banyak sekali sekolah-sekolah yang sudah satu kesatuan dari TK hingga SMA di Bandung sehingga bolehlah di mata Adna itu adalah representasi sekolah yang besar. Namun dikarenakan masih libur maka kontak kami dengan para guru belum bisa sekarang.

Urusan mencari rumah juga bukan perkara mudah karena rata-rata rumah yang akan dikontrakkan pemiliknya tidak tinggal di Bandung. Mereka hanya menitipkan pada seseorang yang karena disebabkan liburan Natal dan Tahun baru orang itu tidak di tempat. Dan karena kami betul-betul ingin mendapatkan lokasi terbaik yang memadukan kemudahan akses tempat mas nano bekerja di ITB dan Adna yang sekolah, maka kami survey ke-3 daerah yaitu Sarijadi, Cigadung, dan Arcamanik. Untuk itu kami harus bolak-balik Jakarta-Bandung karena anak-anak tidak kami bawa ke Bandung melainkan tetap stay di Jakarta di rumah eyangnya.

Sejauh ini kondisi di tanah air dalam urusan kepadatan penduduk dan lalu lintas di jalan raya makin meningkat tajam. Tapi untungnya sepertinya ada upaya untuk lebih tertib secara administratif. Seperti untuk membuat KTP dengan cara 'nembak' sudah tidak disarankan lagi oleh para RT. Bahkan secara mekanisme juga dibuat sehingga antara orang yang 'nembak' dan yang tidak sama-sama KTP-nya jadi setelah 2 minggu. Untuk yang pernah buat KTP di Jakarta, rupanya data-data kita sudah tersimpan rapi di kantor kelurahan. Sehingga KTP saya yang sudah terlupa dan hilang sejak urusan bikin paspor dan visa dulu bisa dipanggil lagi dan ketahuan bahwa KTP itu sudah invalid sejak 2,5 tahun lalu. Membuat SIM juga menurut keterangan teman sudah gak bisa lagi 'nembak' seperti beberapa bulan yang lalu.

Semoga akan selalu ada hal-hal yang lebih baik di negeriku tercinta ini.




New Email addresses available on Yahoo!
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

11 comments:

elsa wolfring said...

mudah2an cepet ketemu tempat yang cocok..di arcamanik aje...lumayan deket ama daerah tempat tinggalku nur...hehehe..

teh rani said...

Amiin,

Tina Martiana said...

Mbak.. di Sarijadi atau Arcamanik aja, hehehe.. satu deket kakakku.. satu deket mertue.. Biar gampang ketemuan kita nanti.. (egois amat ya?!)
Semoga dimudahkan ya segala urusannya.. ;)

Asmanah Beisler said...

Terima kasih Nuri,infonya..:)
Mudah2an segala urusan dimudahkan Allah.
mas nano dosen ya?
btw ngurus ktp kalau udah kadaluarsa kena denda ngak ?
dan berapa ?

Adna Adam said...

Mas Nano bukan dosen Mbak Aas, dia ngerjain proyek ITB. Mbak kalau KTP kadaluarsa dan tidak diperpanjang sebetulnya kita disidang, tapi bisa diwakilkan dan bayar hanya 50 Ribu. Kalau bikin KTP dari awal lagi sampai 450 Ribu. Jadi istilahnya bukan denda tapi uang sidang.

Adna Adam said...

Ina, dua tempat itu jauh dan perumahannya jauh dari angkot. Inilah susahnya ketika kita gak bisa pegang kendaraan sendiri bahkan naik motor aja kita gak ada yang bisa hehehe...Udah liat ada rumah dikontrakkan di Arcamanik, model baru, besar, dan hanya 11 jt/th (ini termasuk murah bgt). Tapi lingkungannya sepi, didepannya masih persawahan dan kebun belakangnya masih luas, klo kata temen itu mah serem (maksudnya entah serem nyamuknya, serem malingnya, atau....)

vieny mutiara said...

udah di bandung? dari kapan?temporary apa seterusnya di bandung?abi naisha (iqbal) nanya: nomer HP mas nano berapa ya...tolong di PM saja atau akhmad.iqbal@gmail.com
ma kasih mba...

Tresna Wulan said...

salam kangen dari sini. smoga urusan rumah dan skolah lancar.

IMW IMW said...

Siang ini saya sekeluarga menggunakan kendaraan yang biasa saya gunakan di Jerman, yaitu kendaraan umum, dari rumah naik ojek, terus angkot, terus KRL, setelah itu sambung Bajaj.

Madhava seneng-seneng aja, mungkin bener juga, kita sebagai ortu yang kadang khawatir berlebihan, Sekarang malah Madhava kalau ditanya enakan mana Deutschland atau Indonesia, jawabnya Indonesia.

yulia sekar said...

gimana kalo di cimahi?(di tempatku)hihihi...tambah jauh ya..?

Helwah Balfas said...

Nur, aku punya temen di Bandung, bulan lalu dia bikin SIM masih nembak sama polisi, masih bisa kok