Sunday, January 04, 2009

The Miracle Travel

Sekelumit cerita gimana kami mempersiapkan proses kepindahan untuk pulang ke Indonesia yang boleh dikatakan mendadak. Akhir November ketika ada isu keras yang menimpa Qimonda dan akhirnya menimbulkan banyak spekulasi-spekulasi, maka Mas Nano waktu itu bilang, Wah seandainya....kita mau deh.....Kalimat itu ditujukan Mas Nano baik ke Qimonda maupun ke Pak Trio (dosen Elektro ITB) yang waktu itu menawarkan kerja proyek design IC di PAU ITB. Meskipun kalimat-kalimat itu seolah-olah berandai-andai di depanku tak mengapalah, toh aku hanya bisa jadi pendengar yang baik.

Dan ternyata andai-andaian itu seolah-olah didengar, dan betul-betul terwujud. Aku hanya bilang, yah sudah mengandaikan dan sudah terwujud apakah masih mau mengingkari? meskipun jika mengingkari pun tak ada yang marah dan dirugikan lagian andaian itu juga bukan nazar hehhee, akupun hanya bisa tersenyum melihat kejadian ini. Namun mungkin Allah menakdirkan kami untuk mengikuti pengandaian itu.

Mulailah kami bergerilya untuk memilih dan memilah barang-barang mana saja yang baik untuk dibawa. Dari alat-alat elektronik kami menyeleksi watt-nya yang kira-kira di atas 1000 watt kami singkirkan (ternyata di Indo rumah kontrakan kami sampe 3500 watt, jadi sedih ngebayangin vacuum cleaner yang udah dilego). Vacuum cleaner, setrika, electric grill, dll. Terus barang yang volumenya gede juga gak mungkin dibawa misal sofa, meja, sepeda, TV, sound system karena. Dua minggu sebelum pesawat take off kami masih menggelar garage sale. Karena container baru datang 2 hari sebelum keberangkatan kami.

Meski di china tak ada flohmarkt ataupun ebay, cukup lewat milis ekspat alhamdulillah pembeli berdatangan ke rumah kami untuk membeli barang-barang murah yang bagaikan dibagikan cuma-cuma (sangking murahnya). Si Adna sampai teriak kegirangan dia bilang, "Horee Meine Mami is eine Verkauferin, Ich will Frau Koenig (gurunya)sagen...!", akupun hanya tersenyum kelu.

Akhirnya container datang, karena takut kelebihan volume yang mengakibatkan melampaui batas bugdet maka semua baju tak diikutkan. Kebetulan baju kebanyakan baju untuk winter dan banyak pula baju anak-anak yang sudah kekecilan. Ketika container berangkat, dan kami harus berjuang keras mengepak sisa-sisa barang yang hanya dikasih jatah 85 kg yang harus dibagi untuk 4 koper.

Aku hampir desperate, karena dengan 4 koper besar tentu saja jauh melampaui 85 kg. Padahal baju-baju sudah berkurang drastis. Ternyata Mas Nano membawa dokumen-dokumen sampai 30 kg, jadi jatah baju dll hanya 50 kg. Ini bagaikan meninggalkan 1 koper. Akhirnya kami seleksi lagi dan dikirim lewat pos. Ternyata barang-barang printil yang penuh kenangan seperti foto-foto jaman baheula dimana belum ada foto digital, ternyata ngumpet sehingga tak masuk container. Alih-alih udah kecapean akhirnya kami menyerah dan mau memposkan lagi keesokan hari sebelum check in. Kantor pos tentu saja ada di airport, itula solusi yang lagi terpikir.

Kami bermalam dulu di hotel airport karena jarak Suzhou-Shanghai cukup jauh dan flight kami jam 10 pagi. Perjalanan kami dari Suzhou ke Shanghai dengan menyewa mobil ternyata Qimonda masih bermurah hati untuk membiayainya dengan masuk ke kategori home trip (mungkin karena mas Nano resmi keluar dari Qimonda tanggal 31 Desember sedangkan kita pulang tanggal 25 Des). Dan ketika kami dipingpong oleh kantor pos China gara-gara urusan karton untuk membungkus paket, kami panik dan akhirnnya tidak jadi memposkan. Dengan langkah gontai kami berjalan menuju loket untuk check in. Tak ada yang mengantar kami seperti ketika kami meninggalkan jerman. Biarlah mungkin barang-barang ini ditinggal atau terpaksa kami bayar overweight itu.

Tapi hampir tak percaya ketika satu persatu 4 koper plus 1 kardus ditimbang, angka timbangan berhenti di 85 kg. Ini tidak mungkin karena di rumah kami menimbang sudah 100 kg lebih dikit. Apalagi ketika kemudian tiket kami berstempel "Executive". Tak percaya, mas Nano menelpon seseorang untuk menjelaskan apakah memang ada kekeliruan di komputer loket. Tapi bukan kekeliruan, yah kami mendapat karunia dari Allah untuk mencicipi kelas executive dengan membeli tiket ekonomi, hadiah dari sobat baik kami. Air mataku tak tertahan tumpah ruah. The miracle travel.




New Email names for you!
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail.
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

18 comments:

Tina Martiana said...

Alhamdulillaaah.. ikut terharu bacanya.. itu imbalan dunia buat orang2 baik seperti Mas Nano dan Mbak Nuri..

hitrifirdaus - said...

Alhamdulillah......pertolongan dari Allah tak terduga ya mbak. Allah sayang sama mbak sekeluarga:-)

Asmanah Beisler said...

alhamdulillah..sengsara membawa nikmat Nuri...:)

Adna Adam said...

Ina....iya alhamdulillah....memang pertolongan Allah pasti datang setelah kita pasrah...

Adna Adam said...

amien...hitri...

Adna Adam said...

Iya begitulah mbak As..!

yulia sekar said...

kalo kita Ridho dan memasrahkan semua urusan kepada Nya Insya Allah pertolongan selalu ada...

-ninoek- Setiawan said...

ga bisa nulis apa2...

Tresna Wulan said...

nuri dan nano... sepanjang yg aku kenal, kalian berdua termasuk orang yg gak neko-neko. ibadah rajin, usaha rajin, dan sepertinya gak terlalu ngoyo dalam menjalani hidup. mensyukuri apa yg dipunya, apa yg diberikan olehNya. dan begitulah nikmat Allah yg diberikan kepada hamba-hamba seperti kalian. tidak pernah diketahui selain olehNya. secara pribadi, aku ikut seneng baca tulisan di atas (dan tulisan2 lain nuri/nano di mp). dari situ, bisa diambil hikmahnya. thank you for sharing the story(ies).

Adna Adam said...

Iya betul, mbak Evi

Adna Adam said...

Mbak Tresna, makasih atas dukungannya

Helwah Balfas said...

terharu aku bacanya, Nuri dan Nano insyaallah termasuk orang-orang yang berjuang di jalan Allah, sesuai dengan janji Allah, barangsiapa berjuang di jalan-Ku aku mudahkan semua urusannya.

Adna Adam said...

Amin...

Rino Mukti said...

hwaaa....seruuuuu...
*lho .... koq Vinda jadi ngebayangin di posisi Adna ya......

va nukman said...

waaaahh.....
alhamdulillah ya.
jadi ingat waktu mbongkar koper di bandara frankfurt

Adna Adam said...

kita juga jadi ngerti kenapa dulu Naqisya mau dikursusin metode Kumon :-P

Adna Adam said...

kita juga jadi ngerti kenapa dulu Naqisya mau diikutin kursus Kumon :-P

Agnes Tri Harjaningrum said...

sesudah kesulitan mesti ada kemudahan, emang bener ya nur, gusti Allah mboten sare, hiks ikut terharu, meski telat banget bacanya.