Tuesday, April 08, 2008

Komentar Orang

Pernah saya mendengar seseorang yang dikomentari oleh
pihak lain tentang betapa sayangnya berpendidikan
tinggi bahkan lulusan PT LN tapi tak bekerja. Kabar
terakhir yang saya dapat beliau sudah bekerja tapi di
negara yang berlainan dengan sang suami. Lantas apa
komentar orang ? apakah akan muncul lagi komentar "
loh gimana sih kok gak ikut suami?". Terus klo ikut
suami dan kemudian bekerja, akan ada komentar
lanjutannya gak seperti.."Kok sibuk terus sih,
keluarga gimana.... ?".

Komentar orang memang sering datang bertubi-tubi.
Maklum namanya penonton kan maunya melihat yang
indah-indah, gak hanya happy ending story kalau bisa
everytime happy story. Maklum di Indonesia yang
struktur sosialnya adalah ke arah komunity bukan
individualis seperti di barat maka budaya komentar
sisi pribadi akan seringkali terdengar. Kadang bagi
kita mungkin harus lebih bijak memilah apakah komentar
itu sekedar ungkapan perasaan yang tidak berdasar
prinsip ataukah komentar itu suatu teguran yang
mungkin bisa jadi koreksi.

So, kalau komentar yang tidak berprinsip silahkan
untuk menebalkan telinga, daripada kurus kering karena
makan hati. Sedangkan untuk komentar yang sifatnya
koreksi yah okelah didengar, mesti gak bisa langsung
dilaksanakan mengingat keterbatasan pribadi. So
betullah kata Allah "jadikanlah sabar dan sholat
sebagai penolongmu". Atau ada ungkapan dari barat,"
Everything that not killed you just make you be strong..!"

Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

13 comments:

Tresna Wulan said...

Betul! Karena cuma yang Diatas yang paling tau jalan hidup kita.

Tina Martiana said...

Setujuuu....
Satu lagi, kata Doel Sumbang mah, anjing menggonggong kafilah berlalu...

IMW IMW said...

Mumpung komentar ndak bayar :.-) makanya orang bisa bebas komentar. Eh tapi di kalau di depan klas koq sedikit yg komentar ya, padahal mahasiswa (di Indonesia) duduk di kelas kan udah bayar.

va nukman said...

bener. kalo ngikut komentar orang, kita nggak pernah bener deh.
tau kan kisah perjalanan seorang ayah dengan anaknya plus seekor keledai/kuda?

Adna Adam said...

Sepakat mbak..!

Adna Adam said...

Tul..! Btw Ina...kok aku gak bisa baca blogmu seperti biasa ya....

Adna Adam said...

Pak Made, klo komentar kuliah musti mikir dulu sih...

Adna Adam said...

Iya mbak, kayak kisah ayah dan anak yang manggul keledai

hitrifirdaus - said...

aku gak tau mo comment apa mbak.......bingung. Tfs yah mbak, kangen euy ama mbak Nuri.........

Tina Martiana said...

maksudnya?? emang biasanya kayak apa? :D:D:D

Toto S said...

Yang satu ini yang ingin saya pelajari, tapi belum ada waktunya mas mbak... Dari sisi psikologis bagaimana sebenarnya ya... menarik sekali kayaknya untuk dipelajari...

IMW IMW said...

Jadi orang komentar itu karena ndak harus mikir ? Jadi mirip dg posting saya http://imw85.blogdetik.com/2008/04/02/runtuhnya-iso-sebagai-badan-standard-dunia/. Hi hi hi orang kampusnya ndak pada komentar di BSN karena males mikir mungkin ya ?

Susi Rahayu said...

Tidak banyak orang bisa memberikan komentar yang membangun dan santun.
Pengalaman hidup kita belum tentu bisa diaplikasikan kepada orang lain.
Waktu yang tepat untuk menyampaikan pendapat kita adalah bila diminta untuk memberikan komentar atau masukan.
Menghargai pengalaman dan pilihan hidup bagi setiap individu dibutuhkan kedewasaan berpikir dan berpendapat.