Friday, April 25, 2008

Walisongo dan Muslim Cina

Agaknya khas sekali dalam sejarah Indonesia, adanya
kontroversi tentang fakta-fakta sejarah masa lampau.
Bahkan sejarah Indonesia terkesan misterius, misalnya:
kalau Sriwijaya dan Majapahit itu benar kerajaan
raksasa pada zamannya, mengapa mereka tidak
meninggalkan satu atau beberapa istana besar tempat
tinggal rajanya dahulu?

Hal baru yang saya dengar juga adalah asal-usul
Walisongo, misionaris Islam di tanah Jawa sekitar abad
ke-14 sampai 16. Ada yang mengatakan bahwa mereka
datang dari Timur Tengah, tetapi ahli sejarah href="http://id.wikipedia.org/wiki/Slamet_Muljana">Prof.
Dr. Slamet Mulyana (1921-1986) ternyata punya
teori lain. Dalam bukunya "Runtuhnya Kerajaan
Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di
Nusantara" (1968, terbit ulang 2006), beliau
mengungkapkan bahwa sebagian Walisongo berasal dari
Cina. Dari href="http://indonesia-portal.de/verbeitung-des-islams-und-die-wali-songo.html">situs
berbahasa Jerman ini dikutip beberapa analisa
Slamet Mulyana dalam buku tersebut:
Maulana Malik Ibrahim, yang banyak disebut-sebut orang
berasal dari Samarkand (Asia Tengah), oleh Slamet
Mulyana disebut sebetulnya berasal dari Cina dengan
nama Chen Ying Hua atau juga Tan Eng Hoat.
Menurut versi konvensional Sunan Ampel adalah anak
dari Maulana Malik Ibrahim, tetapi menurut Slamet
Mulyana beliau adalah anak Bong Tak Keng, penguasa
Campa (sekitar Kamboja, dulu diperintah oleh
orang-orang Cina) dan namanya sendiri adalah Bong Swie
Ho. Sunan Ampel terkenal dengan ajaran Mo-Limo, yang
pada intinya adalah akhlak Islam, yaitu "moh main"
(tidak main judi), "moh ngombe" (tidak minum alkohol),
"moh maling" (tidak mencuri), "moh madat" (tidak
mengkonsumsi psikotropika), dan "moh madon" (tidak
berzina), yang masih populer sampai sekarang.
Sunan Bonang adalah anak Sunan Ampel dan menurut
Slamet Mulyana, nama Cina beliau adalah Bong Tak Ang.
Sunan Bonang terkenal dengan gubahan syair "Tombo
Ati", yang kini dinyanyikan oleh grup Emha Ainun Najib
dan Opick, sedangkan selama berabad-abad gubahan ini
dinyanyikan di desa-desa di Jawa.
Sunan Giri adalah cucu dari Sunan Ampel. Tidak
disebutkan kemungkinan nama Cinanya. Beliau terkenal
dengan gubahan lagu anak-anak seperti Ilir-Ilir dan
Cublek Suweng, juga sampai sekarang masih sering
dinyanyikan di kalangan masyarakat Jawa.
Sunan Kalijaga menurut versi konvensional adalah anak
Arya Wilatikta (bupati Tuban abad ke-15), tetapi
menurut Slamet Mulyana dia adalah saudara dari istri
Sunan Ampel dengan nama Cina Gan Si Cang. Sunan
Kalijaga adalah pengarang lakon wayang "Petruk dadi
Ratu" yang mengingatkan kekuasaan rakyat jelata.
Sunan Gunung Jati dari Cirebon (Syarif Hidayatullah)
menurut Slamet Mulyana aslinya bernama Du An Bo alias
Toh A Bo. Padahal dalam versi konvensional beliau
mempunyai darah Mesir.
Diduga juga mempunyai darah Mesir adalah Sunan Kudus.
Versi Slamet Mulyana juga menyebut nama Cina Sunan
Kudus: Ja Tik Su. Sunan Kudus terkenal dengan masjid
Kudusnya yang berebentuk candi.

Versi mana yang benar tentang asal usul mereka?
Barangkali memang perlu riset lebih mendalam,
bersangkutan dengan dokumen-dokumen yang ada. Bahkan
kalau perlu riset ke Kamboja, tempat dahulu negeri
Campa berada, siapa tahu diketemukan dokumen yang
lebih absah.
Kalaupun ternyata Walisongo ada yang berdarah Cina,
yang pasti mereka bukan dari suku Han yang sekarang
ini menyusun 90% lebih populasi Cina daratan.
Suku-suku Muslim minoritas yang jumlahnya 4%
keseluruhan populasi di antaranya adalah Hui, Uyghur,
Kazakh, dan Kachee (Tibet Muslim). Mereka itu tersebar
di seluruh daratan Cina.



Lesen Sie Ihre E-Mails auf dem Handy.
www.yahoo.de/go

11 comments:

hitrifirdaus - said...

tfs mbak

Tina Martiana said...

moh.. moh.. kok mirip bahasa jawa ya??? :D

teh rani said...

Setuju : sejarah Indonesia terkesan misterius,
Kata orang sejarah adalah cerita orang-orang yang menang. Lain dengan Tarikh yang artinya penanggalan, alur ceritanya jelas, tercatat waktunya dan perawinya pula.

asri wahyuningsih said...

Salam kenal ya?
btw suamiku juga mendalami Muslim China,sampai dia nulis buku Arus Cina Islam Jawa...

Dedy Wicaksono said...

Ada buku "Sejarah Sunan Ampel", terbitan penerbit Jawa Pos. Salah satu babnya ttg bantahan tesis Slamet Mulyana. Memang dari jalur ibu, Sunan Ampel adalah keturunan Campa (dekat Cina). Tapi dari sisi ayah, beliau dan kebanyakan Wali Sanga yang lain, adalah Hadrami, dari Hadramawt, lewat jalur Goa. Karena itu, para Wali Sanga bermazhab Syafi''i; dan hingga sekarang hampir seluruh muslim Indonesia bermazhab Syafi''i. Selain itu tariqah para Wali Sanga kebanyakan adalah Alawiyyah (khas Hadramawt) atau Syadziliyah (khususnya lewat Mawlana Maghribi). Naqshbandi dan Qadiri masuk lebih belakangan. Sementara muslim Cina, bermazhab Hanafi, dan bertariqah Naqshbandi sejak lama. Wallahu A'lam.

D. Nugraha said...

mantep ceritanya :)

Adna Adam said...

Betul, Muslim Cina baik yang di Barat (Uyghur, Kazakh, Muslim Tibet), maupun yang di Timur (Hui, yang konon melahirkan Laksamana Zheng He atau Cheng Ho alias Sam Po) kelihatannya bermazhab Hanafi, seperti juga orang-orang Turki. Tetapi kalaupun Walisongo punya darah Cina (walaupun tidak 100%), tidak menutup kemungkinan kalau mereka punya guru yang bermazhab Syafi'i.
Yang menarik bagi saya adalah dari mana Slamet Mulyana memperoleh nama-nama Cina Walisongo? Apakah dia punya dokumen sejarah? Bagi orang Jawa dahulu, Campa itu sama saja dengan Cina, tapi apa betul memang pada saat itu penguasa Campa adalah Cina Muslim? Makam putri Darawati ( permaisuri Kertawijaya dari Majapahit) di Trowulan sering dikatakan sebagai makam putri Cina.

Adna Adam said...

Salam kenal mbak, boleh nggak kita di-sharing hasil penelitiannya, hehe. Penasaran nih...

Adna Adam said...

Wah ternyata majalah Gatra permah memuat reportase lengkap:
http://nanunguae.multiply.com/journal/item/9/Sepenggal_Cerita_Wali_songo_sembilan_wali
Saya pelajari dulu ya :-)

Dedy Wicaksono said...

Cak Nano,
thesis Slamet Muljana bersumber dari Korink Sam Po Kong (Cheng Ho) dari Semarang; atau yang oelh De Graaf dan Pigeaud disebut sbg the Malay Annals. Kronik ini bertahun 1419. Sekalipun de Graaf dan Pigeaud terkesan menerima kisah Bong Swi ho (Sunan Ampel) sebagai cucu dari Bong Tak Keng dari Campa dan kemenakan Ma Hong Fu, duta Kerajaan Cina untuk Majapahit, tetapi mereka tidak menyetujui ttg ide penyunting Kronik Sam Po Kong yang banyak menampilkan plaku dalam sejarah Jawa sebagai orang (dengan nama) Cina, atau memanipulasikannya Sbg contoh, hingga raja Majapahit Kertabumi pun diberi nama Kung Ta Bu Mi. De Graaf dan Pigeaud memastikan bahwa itu tidak benar. Mereka juga menyatakan bahwa pernyataan (di Kronik itu) bahwa tindakan Jin Bun (Raden Patah) menyerang Majapahit sbg anjuran Bong Swi Hoo adalah tidak mungkin (is improbable).
[De Graaf dan Pigeaud, Chinese muslims in Java, halaman 68 dan 89]. Selain itu nama Bong Swi Hoo tidak dikenal oleh penduduk di Ngampel Denta dan sekitarnya. Dengan kata lain, adanya nama-nama Cina bagi tokoh2 Wali Sanga tidaklah menjadikan mereka otomatis berdarah Cina penuh. Walau ada kemungkinan darah Cina sebagian (dari nasab ibu).

Silsilah Raden RAhmat (Sunan Ampel) dari ayah:
1. Nabi Muhammad s.a.w. --> 2. S. Fathimah Al-Zahra + Sayyidina Áli bin Abi Thalib k.w. --> 3. S. Husayn --> 4. S. Ali Zaynal Abidin --> 5. Imam Muhammad Al-Baqir --> 6. Imam Ja'far Shadiq --> 7. Imam Ali Ridha / Ali alUraidhi --> 8. Muhammad al-Faqih --> 9. Isa Syakir --> 10. S. Ahmad Al-Muhajir (kakek moyang Ahlul Bayt Alawiyin di Hadramawt/Yaman --> 11. Ubaidullah --> 12. Alwi --> 13. Muhammad --> 14. Alwi --> 15. Ali Khaliq --> 16. Muhammad Shahib Mirbath --> 17. Alwi --> 18. Abdul Malik --> 19. Abdullah Khan --> 20. Ahmad Jamaluddin --> 21. Jamaluddin Akbar --> 22. Ibrahim Asmaraqandi/ Ibrahim Asmara --> 23. Raden Rahmat

Untuk keterangan sejarah lebih lanjut (yang membandingkan berbagai kronik maupun naskah Babad), dapat dibaca di:
"Sejarah Sunan Ampel, Guru Para Wali di Jawa dan Perintis Pembangunan Kota Surabaya"
karya Sjamsudduha, Penerbit Jawa Pos Press , ISBN 979-3487-22-4

Badrut Tamam Gaffas said...

salam kenal brother, kebetulan saya juga nulis tentang jejak kyai kuning termasuk laksamana cheng hoo semoga abang bersedia memberi masukan. Terimakasih